Senin, 15 Oktober 2012

Pangreh Vs Pamong



Pangreh Vs Pamong
Markus 9: 35

Seorang guru spiritual sedang mengajar kedua muridnya tentang hakikat  kepemimpinan. Dia mengajar dengan sebuah perumpamaan: pertarungan antara Pangreh dan Pamong memperebutkan kekuasaan. Pangreh digambarkannya sebagai sosok yang kuat, tinggi besar, gambaran penguasa yang sangat ideal. Wawasannya luas, pemikirannya cerdas, tidak ada yang kuasa mengalahkan argumentasinya. Sosok penakluk. Dengan tampilan fisik dan intelektual yang seperti itu, Pangreh mengarahkan, memerintah, dan mengomando. Tidak heran karena Pangreh artinya tukang ngereh, tukang memerintah, tukang menyuruh, tukang mengomando.
Pamong digambarkannya sebagai sosok yang juga kuat tetapi tidak tinggi besar. Dia juga tidak punya potongan sebagai penguasa yang ideal. Dia tidak bernafsu memenangkan adu argumentasi, dia lebih suka mengalah ketika berdebat. Dengan sifat seperti itu, Pamong lebih suka ngemong, mengemban tugas, mengasuh, melayani. Tidak heran karena Pamong memang tukang ngemong, tukang mengasuh, dan tukang melayani.
Pertempuran antara Pangreh dengan Pamong tidak terjadi sekali dua kali tetapi berulang kali. Kadang-kadang Pangreh unggul atas Pamong. Kesempatan lain, Pangreh takluk di hadapan Pamong. Dan sampai sekarang pertarungan terus terjadi.
 Karena penasaran dengan pertempuran yang dikisahkan guru spiritualnya, salah satu dari murid itu bertanya pada gurunya, “Di mana pertempuran itu terjadi guru?”. Dengan ringan guru itu menjewab, “ Di dalam hatimu”.

 Setiap pelayan Tuhan mengalami pertarungan di dalam dirinya. Pertarungan antara pangreh dan pamong juga terjadi dalam hati kita masing-masing. Secara manusiawi ada motivasi dan keinginan-keinginan untuk menjadi penguasa, pemimpin, pemerintah, atau pangreh. Dalam bahasa Tuhan Yesus hal itu disebut dengan istilah  ingin menjadi terdahulu. Ini semua adalah kelumrahan dan kewajaran. Dan keinginan-keinginan itu normal-normal saja.
Namun demikian, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa orang yang ingin menjadi terdahulu, orang yang ingin menjadi yang terdepan, orang yang ingin menjadi pemimpin, diminta menjadi yang terakhir bahkan menjadi pelayan dari orang-orang yang ingin dipimpin. Itu artinya siap menempatkan diri sebagai pamong pasamuwan. Pengajaran ini mengingatkan kepada umat dan khususnya para pemimpin umat agar selalu menyadari bahwa jabatan yang diembannya bukanlah alat dan pembenar untuk menguasai dan memerintah pasamuwan.
Tuhan Yesus secara tegas meminta pelayan-pelayan-Nya menempatkan diri sebagai pamonging pasamuwan. Orang yang bertugas ngemong, mengasuh, dan melayani umat. Pertarungan antara pangreh dan pamong di hati kita yang menentukan pemenangnya adalah diri kita sendiri. Berbekal pengajaran Tuhan Yesus, kita harus memenangkan pamong. Sehingga dalam gerak pelayanan kita selalu didasari keinginan untuk ngemong dan melayani umat. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar