Pangreh Vs Pamong
Markus 9: 35
Seorang guru
spiritual sedang mengajar kedua muridnya tentang hakikat kepemimpinan. Dia mengajar dengan sebuah
perumpamaan: pertarungan antara Pangreh dan
Pamong memperebutkan kekuasaan. Pangreh
digambarkannya sebagai sosok yang kuat, tinggi besar, gambaran penguasa yang
sangat ideal. Wawasannya luas, pemikirannya cerdas, tidak ada yang kuasa
mengalahkan argumentasinya. Sosok penakluk. Dengan tampilan fisik dan
intelektual yang seperti itu, Pangreh mengarahkan,
memerintah, dan mengomando. Tidak heran karena Pangreh artinya tukang ngereh,
tukang memerintah, tukang menyuruh, tukang mengomando.
Pamong digambarkannya
sebagai sosok yang juga kuat tetapi tidak tinggi besar. Dia juga tidak punya
potongan sebagai penguasa yang ideal. Dia tidak bernafsu memenangkan adu argumentasi,
dia lebih suka mengalah ketika berdebat. Dengan sifat seperti itu, Pamong lebih suka ngemong, mengemban tugas, mengasuh, melayani. Tidak heran karena Pamong memang tukang ngemong, tukang mengasuh, dan tukang melayani.
Pertempuran
antara Pangreh dengan Pamong tidak terjadi sekali dua kali
tetapi berulang kali. Kadang-kadang Pangreh
unggul atas Pamong. Kesempatan lain, Pangreh takluk di hadapan Pamong. Dan sampai sekarang pertarungan
terus terjadi.
Karena penasaran dengan pertempuran yang
dikisahkan guru spiritualnya, salah satu dari murid itu bertanya pada gurunya,
“Di mana pertempuran itu terjadi guru?”. Dengan ringan guru itu menjewab, “ Di
dalam hatimu”.
Setiap pelayan
Tuhan mengalami pertarungan di dalam dirinya. Pertarungan antara pangreh dan pamong juga terjadi dalam hati kita masing-masing. Secara manusiawi
ada motivasi dan keinginan-keinginan untuk menjadi penguasa, pemimpin,
pemerintah, atau pangreh. Dalam
bahasa Tuhan Yesus hal itu disebut dengan istilah ingin
menjadi terdahulu. Ini semua adalah kelumrahan dan kewajaran. Dan keinginan-keinginan
itu normal-normal saja.
Namun
demikian, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa orang yang ingin menjadi terdahulu, orang yang ingin menjadi yang terdepan,
orang yang ingin menjadi pemimpin, diminta menjadi yang terakhir bahkan menjadi
pelayan dari orang-orang yang ingin dipimpin. Itu artinya siap menempatkan diri
sebagai pamong pasamuwan. Pengajaran
ini mengingatkan kepada umat dan khususnya para pemimpin umat agar selalu menyadari
bahwa jabatan yang diembannya bukanlah alat dan pembenar untuk menguasai dan
memerintah pasamuwan.
Tuhan Yesus
secara tegas meminta pelayan-pelayan-Nya menempatkan diri sebagai pamonging pasamuwan. Orang yang bertugas
ngemong, mengasuh, dan melayani umat.
Pertarungan antara pangreh dan pamong di hati kita yang menentukan
pemenangnya adalah diri kita sendiri. Berbekal pengajaran Tuhan Yesus, kita
harus memenangkan pamong. Sehingga
dalam gerak pelayanan kita selalu didasari keinginan untuk ngemong dan melayani umat. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar