Lidah dan Telinga Seorang Murid
Yesaya 50: 4
Ada
hal yang menarik dari bacaan pagi hari ini. Kata murid dipakai untuk
menggambarkan ketaatan hamba Tuhan. Ketaatan hamba Tuhan ditandai dengan
memiliki lidah seorang murid dan mendengar seperti seorang murid. Itu artinya
memiliki lidah dan telinga seorang murid.
Mengapa lidah
dan telinga seorang murid dipakai sebagai ilustrasi ketaatan?
Mari kita sedikit bernostalgia dengan masa
sekolah, ketika lagu siji loro telu
akrab di bibir dan telinga kita.
siji loro telu astane sedheku
mirengake bu guru menawa didangu
papat nuli lima lenggahe sing tata
aja padha sembrono mundhak ora bisa
Bagi sebagian
besar kita, lagu itu dulu sangat akrab di telinga. Isinya mengajarkan bahwa
belajar itu perlu memusatkan perhatian, mendengarkan dengan cermat dan saksama.
Belajar memerlukan sikap yang tertib dan serius. Murid yang perhatian, cermat,
tertib, dan serius akan berhasil dalam belajarnya. Murid dalam konteks ini
adalah pribadi yang siap menerima didikan dan ajaran guru. Murid dalam konteks
ini adalah murid yang legawa menjalankan
perintah dan melaksanakan tugas yang diberikan.
Karakteristik
murid adalah karakteristik taat kepada hal-hal yang diajarkan dan dididikkan
yang nantinya berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Kita yang selama
ini mengaku sebagai murid Tuhan dapat melakukan refleksi terhadap perjalanan
hidup kemuridan kita. Ketaatan kepada
perintah-perintah yang harus dilaksanakan, tugas-tugas yang harus dikerjakan, tanggung
jawab-tanggung jawab yang harus diselesaikan. Bisa diteliti satu per satu.
Berapa perintah dan didikan Tuhan yang belum bisa kita kerjakan dan selesaikan?
Berapapun itu, sebanyak itulah beban yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita
sebagai murid.
Murid yang
baik, yang tahu tugas dan tanggung jawabnya, pada saatnya akan menikmati hasil
perjuangan dan pergumulannya. Murid yang baik, tertib, dan taat, pada saatnya
akan menuai kemuliaan sebagai buah dari ketekunannya.
Senada dengan
hal tersebut, Nabi Yesaya mengajarkan bahwa hamba yang taat adalah seseorang
dengan lidah dan telinga seorang murid. Hamba yang taat digambarkan sebagai
murid yang harus bersedia dan rela hati mendengarkan. Bukan mendengarkan secara
sepintas atau sambil lalu melainkan mendengarkan dengan cermat.
Mendengarkan
dengan cermat dapat bermakna mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga
jelas: kata demi kata, kalimat demi kalimat, bagian demi bagian secara detil.
Dengan begitu, kita dapat menerima informasi dengan baik, lengkap, dan
menyeluruh. Kemampuan mendengarkan jenis inilah yang nantinya memampukan
seseorang merespon dengan tepat, cermat, dan sesuai dengan kebutuhan mereka
yang mengungkapkan.
Itulah
pentingnya hamba Tuhan, para pelayan Tuhan memiliki telinga dan lidah seorang
murid. Telinga dan lidah yang mau dan bersedia dengan sungguh-sungguh belajar
mendengarkan dan memahami persoalan dan beban yang dihadapi umat. Dengan
begitu, umat yang letih lesu mendapatkan semangat baru karena yang disampaikan
para pelayan perkataan yang mengingatkan, menguatkan, menghibur, membangun, dan
menenteramkan.
Kita memohon
dan berharap Roh Kudus mengaruniakan lidah dan telinga seorang murid sebagai
bentuk ketaatan kita dan sebagai bekal kita mengerjakan tugas pelayanan yang
dipercayakan Tuhan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar