Senin, 15 Oktober 2012

Lidah dan Telinga Seorang Murid



Lidah dan Telinga Seorang Murid
Yesaya 50: 4

            Ada hal yang menarik dari bacaan pagi hari ini. Kata murid dipakai untuk menggambarkan ketaatan hamba Tuhan. Ketaatan hamba Tuhan ditandai dengan memiliki lidah seorang murid dan mendengar seperti seorang murid. Itu artinya memiliki lidah dan telinga seorang murid.
Mengapa lidah dan telinga seorang murid dipakai sebagai ilustrasi ketaatan?
Mari kita sedikit bernostalgia dengan masa sekolah, ketika lagu siji loro telu akrab di bibir dan telinga kita.
siji loro telu astane sedheku
mirengake bu guru menawa didangu
papat nuli lima lenggahe sing tata
aja padha sembrono mundhak ora bisa

Bagi sebagian besar kita, lagu itu dulu sangat akrab di telinga. Isinya mengajarkan bahwa belajar itu perlu memusatkan perhatian, mendengarkan dengan cermat dan saksama. Belajar memerlukan sikap yang tertib dan serius. Murid yang perhatian, cermat, tertib, dan serius akan berhasil dalam belajarnya. Murid dalam konteks ini adalah pribadi yang siap menerima didikan dan ajaran guru. Murid dalam konteks ini adalah murid yang legawa menjalankan perintah dan melaksanakan tugas yang diberikan.
Karakteristik murid adalah karakteristik taat kepada hal-hal yang diajarkan dan dididikkan yang nantinya berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Kita yang selama ini mengaku sebagai murid Tuhan dapat melakukan refleksi terhadap perjalanan hidup kemuridan kita. Ketaatan kepada perintah-perintah yang harus dilaksanakan, tugas-tugas yang harus dikerjakan, tanggung jawab-tanggung jawab yang harus diselesaikan. Bisa diteliti satu per satu. Berapa perintah dan didikan Tuhan yang belum bisa kita kerjakan dan selesaikan? Berapapun itu, sebanyak itulah beban yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai murid.
Murid yang baik, yang tahu tugas dan tanggung jawabnya, pada saatnya akan menikmati hasil perjuangan dan pergumulannya. Murid yang baik, tertib, dan taat, pada saatnya akan menuai kemuliaan sebagai buah dari ketekunannya.
Senada dengan hal tersebut, Nabi Yesaya mengajarkan bahwa hamba yang taat adalah seseorang dengan lidah dan telinga seorang murid. Hamba yang taat digambarkan sebagai murid yang harus bersedia dan rela hati mendengarkan. Bukan mendengarkan secara sepintas atau sambil lalu melainkan mendengarkan dengan cermat.
Mendengarkan dengan cermat dapat bermakna mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga jelas: kata demi kata, kalimat demi kalimat, bagian demi bagian secara detil. Dengan begitu, kita dapat menerima informasi dengan baik, lengkap, dan menyeluruh. Kemampuan mendengarkan jenis inilah yang nantinya memampukan seseorang merespon dengan tepat, cermat, dan sesuai dengan kebutuhan mereka yang mengungkapkan.
Itulah pentingnya hamba Tuhan, para pelayan Tuhan memiliki telinga dan lidah seorang murid. Telinga dan lidah yang mau dan bersedia dengan sungguh-sungguh belajar mendengarkan dan memahami persoalan dan beban yang dihadapi umat. Dengan begitu, umat yang letih lesu mendapatkan semangat baru karena yang disampaikan para pelayan perkataan yang mengingatkan, menguatkan, menghibur, membangun, dan menenteramkan. 
Kita memohon dan berharap Roh Kudus mengaruniakan lidah dan telinga seorang murid sebagai bentuk ketaatan kita dan sebagai bekal kita mengerjakan tugas pelayanan yang dipercayakan Tuhan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar