Selasa, 02 Januari 2024

Semua tentang Cinta

Semua tentang Cinta

Hari ini sudah tanggal 27 November. Berarti sudah lewat 2 hari peringatan Hari Guru Nasional 2023. Tetapi memang tanggal ini upacara peringatan dilakukan.

Selepas upacara biasa saja. Ada kegiatan foto bareng guru karyawan. Setelahnya beberapa kelas terlihat berkerumun. Beberapa di antara kerumunan itu ada yang membawa bunga.
Mereka foto bareng guru walinya. Berbagai pose terlihat gaya mereka. Semua pengin mengungkapkan rasa terima kasih.
Berjalan dari lapangan upacara beberapa anak mencoba manyalami. Tapi mereka akhirnya terpaksa tos telapak tangan. Beberapa yang belum terbiasa dengan cara itu agak kikuk juga. Tetapi mereka yang sudah terbiasa melakukannya dengan mantap.
Anak-anak kelasku hanya beberapa yang terlihat. Setelah tos tangan mereka kelihatan bergegas berlalu. Mungkin segera menyiapkan diri karena hari ini kebetulan hari pertama penilaian akhir semester. Demikian juga aku. Butuh LCD projektor. Dan harus meminjam.
Ketika jamku masuk ruang kelas. Hanya terlihat 3 anak di dalam. Peralatan segera kutata. Belum sampai kelar munculan rombongan dari luar. Bisa dibayangkan riuhnya mereka memberi ucapan selamat hari guru. Sambil menyodorkan mawar tanda cinta. Merah, kuning, putih, warna-warni cinta mereka sempat membuat tergetar.
Harum mawar takkan sewangi cinta mereka. Warna-warni mawar juga takkan seindah cinta mereka. Jika tentang mawar dipastikan semua tentang cinta. Terima kasih atas cinta kalian semua.
Solo, 27 November 2023

Hawa dan Pesonanya


Hawa dan Pesonanya




Malam ini (29 November) setahun yang lalu. Mereka pentas 29an langen beksan sangalikuran. Sebuah agenda Kompetensi Keahlian Seni Tari yang dilakukan satu bulan sekali.

Malam ini tepat setahun mereka kembali pentas di sebuah tampilan berjudul Hawa. Karya garapan yang mengekplorasi gerak sebagai ungkapan gejolak para perempuan. Gerakan-gerakan ritmis dipadu dengan gerak ekpresif menjadi pertunjukan yang enak ditonton.
Penonton dibawa ke emosi-emosi gerak berirama. Kadang hentakan penuh kejut. Pada irama berikutnya gemulai penuh kelembutan kaum hawa dengan segala pesonanya. Penjiwaan peran lewat tarian membuat lima seniman tari muda ini seperti mengaduk-aduk perasaan penontonnya.
Mereka menguasai panggung dan menjadikannya sebagai hamparan ruang ekspresi yang tak terbatas. Gerak dieksploitasi menjadi suguhan yang indah. Wawi, Laila, Tassya, Via, dan Saski berhasil menerjemahkan ekspresi gerak ke dalam ruang-ruang penghayatan 'keperempuanan'.
Pertunjukan semalam sudah menghibur penonton dengan sajian yang memang layak dinikmati. Terlepas apakah setiap mereka yang terkagum juga mencerna makna yang hendak disampaikannya. Yang jelas ada penonton youtube yang menyaksikan pementasan itu dengan sangat tegang. Dari awal hingga akhir pertunjukan.
Rebo Wage, 29 November 2023.

DEWA RUCI: Catatan Kecil Pentas Jeda Semester Seni Tari



DEWA RUCI: Catatan Kecil Pentas Jeda Semester Seni Tari 

Pentas Jeda Semester diadakan sebagai isian kegiatan setelah pelaksanaan kegiatan penilaian akhir semester tahun pelajaran 2023/2024. Program Keahlian Seni Tari, Seni Pedalangan, Seni Musik, dan Seni Karawitan melakukan pentas secara bergiliran. Seni Tari menampilkan perform seluruh kelas pada hari Senin, 11 Desember 2023. Hari Selasa, 12 Desember 2023 Seni Pedalangan mendapat giliran. Hari Rabu, 13 Desember 2023 jatah tampil Seni Musik. Seni Karawitan tampil pada Kamis, 14 Desember 2023 sekaligus sebagai peringatan Hari Gamelan 2023.

Pentas Jeda Semester Seni Tari menampilkan dua belas pementasan dari kelas X hingga kelas XII. Kedua belas tampilan itu adalah Tari Kidang, Tari Soreng, Tari Kridhaning Jaran Bocah, Drama Tari Dewa Ruci, Tari Cokro Manggilingan, Tari Srimpi, Tari Sekar Yudhaningrum, Tari Sancang Gugat, Tari Sukma Laksana, Tari Nggainah Menjres, Tari Oglek, dan Tari Bambangan Cakil. Melihat judul-judulnya nampak bervariasinya pertunjukan yang disuguhkan para siswa. Mereka berekspresi dalam kegembiraan setelah satu semester berproses dalam aktivitas pembelajaran baik praktik maupun teori. Kesempatan Pentas Jeda Semester dapat menjadi wadah berkreasi sekaligus berekreasi.

Pentas Jeda Semester sudah berakhir. Euforia dan hiruk-pikuknya sudah berlalu. Memang masih ada beberapa yang mengisahkannya. Ada juga yang masih menikmati kesan dan kenangan entah dalam bentuk jejak-jejak digital di media sosial maupun online. Hal ini wajar karena ada beberapa yang memiliki pengalaman pertama pentas. Dan itu terjadi di Pentas Jeda Semester. Terlepas dari semua itu ada catatan menarik Pentas Jeda Semester Tahun ini.
Dewa Ruci disajikan dalam format fragmen tari. Kisah ini sebenarnya cerita wayang. Kisah Raden Bratasena di dalam mencari sumber ilmu pengetahuan. Ini merupakan sebuah gambaran bahwa kehidupan manusia dalam mencapai cita-cita tentu didasari tekad yang kuat untuk belajar. Segala rintangan, kesulitan hidup harus dilalui dan dikalahkan sampai tuntas. Demikian juga kisah Raden Bratasena, di dalam dia mencari sumber ilmu pengetahuan banyak mengalami godaan dan rintangan. Bahkan harus terjun ke dalam samudera terdalam pun ia lakukan. Dan akhirnya dia berhasil mencapai ilmu pengetahuan itu, ketika dia berjumpa dengan Dewa Ruci. Pertemuan itu juga menggambarkan bersatunya alam besar (makrokosmos) dan alam kecil (mikrokosmos). Dalam filosofi Jawa Manunggaling Kawula Gusti.
Pementasan Dewa Ruci melibatkan hampir seluruh anggota kelas, yakni sejumlah 26 orang, 25 siswa dan 1 guru. Raden Bratasena diperankan oleh Satriyo Bagas Istyaji. Tokoh Dewa Ruci oleh Drs. Ely Prihmono Suwarso Putro, M.Pd. Pemeran Dewi Kunti Cheryne Aprilia Najwa. Dua raksasa, Dityakala Rukmuka diperankan oleh Nyimas Ayu Niken Hapsari sementara Dityakala Rukmakala oleh Yuli Putri Denisa. Tarian Rampak Yaksi (buto/raksasa) oleh Riska Windi Febtyan, Laila Nur Salsabila, Nayla Ananta, Monik Cahyani, Cheryna Putri Ariyadi, dan Febiana Dwi Yuliana. Para penari Rampak Kain adalah Oktavia Rahmadani, Iis Fajar Cahyani, Zahwa Kayla Putri, Nadya Ramadhani, Selvi Setia Ningrum, Fauziyyah Afra Rahmawati, Terrinsha Graciana Candrakanti, dan Esta Vadilla. Adapun para penari Rampak Naga adalah Nafisa Arum Pramesti, Natasya Maharani, Ananda Aurillova Ruthdiawati, Nanda, Zaskia Tassya Rani, Rista Ciptaningrum, dan Sinta Puspitasari.
Pentas fragmen tari Dewa Ruci diawali dengan kiprahan Raden Bratasena. Adegan berikutnya Raden Bratasena meminta restu kepada ibundanya Dewi Kunti untuk mencari jati diri. Dalam perjalanannya Raden Bratasena menerjang Rampak Yaksi hingga sirna. Tinggallah Dityakala Rukmuka dan Dityakala Rukmakala. Terjadi Perang palaran antara Bratasena dengan Rukmuka dan Rukmakala. Kedua yaksi dapat dikalahkan oleh Bratasena.
Adegan selanjutnya menggambarkan Bratasena masuk ke dalam lautan. Ditandai dengan munculnya tarian Rampak Banyu (air). Rampak Banyu masih di panggung disusul dengan tarian Rampak Naga. Terjadi peperangan yang hebat antara Bratasena dan rampak naga. Rampak naga dapat dikalahkan Bratasena dan jugar menjadi Dewa Ruci. Adegan terakhir adalah tarian antara Dewa Ruci memberikan doa restu dan berkah kepada Bratasena untuk dapat menjalani kehidupan sesuia dengan jati dirinya.
Ada catatan kecil namun menarik dari pertunjukan ini. Konsep ceritanya sudah teramat biasa karena ini ada di cerita wayang, baik wayang kulit maupun wayamg oramg. Namun kelas ini mementaskan dengan makna simbolis yang relatif baru. Mereka adalah anak-anak kelas XII yang baru saja menyelesaikan PKL. Mereka sadar bahwa waktu belajar mereka tidak lama lagi. Mereka akan segera menghadapi tugas akhir (TA) yang tidak ringan. Mereka butuh doa dan restu guru-gurunya agar dapat menyiapkan tugas akhir dengan baik. Mereka butuh support dan berkah dari orang tuanya supaya diberi kekuatan dan kemampuan mempersiapkan diri.
Itulah yang menjadi alasan pementasan ini mengikutsertakan guru sekaligus wali kelasnya untuk menjadi tokoh Dewa Ruci. Sebuah makna simbolis mohon dukungan seluruh guru dan orang tua agar diberi kemantapan, kekuatan, sekaligus kemampuan menyelesaikan proses pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka berharap seperti Bratasena mendapat restu untuk mencari jati diri.
Minggu Pahing, 17 Desember 2023

Senin, 16 Agustus 2021

PENGANTAR

 

PENGANTAR

 

Puji syukur layak dipanjatkan kepada Tuhan yang Mahaesa atas selesainya penyusunan buku ini. Buku yang telah lama direncanakan untuk diterbitkan, selain sebagai bentuk kenangan akan kebersamaan dengan para siswa juga wujud dokumentasi proses panjang yang telah berlangsung.

Buku ini diberi judul MINIBIOGRAFI (Kompilasi Produk Pembelajaran Teks Biografi di SMKI). Minibiografi menggunakan kata mini yang menunjuk pada bentuknya yang simpel, ringkas, pendek. Kata biografi berkait dengan isi di dalam tulisan-tulisan yang tersaji, berisi tentang kisah hidup seseorang. Mereka yang ditulis adalah sosok pribadi yang memiliki kedekatan dengan para penulis, bisa orang yang dikagumi, orang yang dihormati, dan bahkan ada orang yang dijadikan sumber inspirasi.

Kata kompilasi diartikan sebagai kumpulan dari berbagai tulisan yang terpisah-pisah, berserakan, bertebaran, yang kemudian disatukan dalam sebuah buku. Dan memang demikian. Minibiografi ini berisi kesatuan dari tulisan yang bertebaran. Hasil kegiatan siswa belajar teks biografi. Sayang kalau tulisan-tulisan itu dibiarkan tidak mendapatkan penghargaan yang semestinya. Padahal meski sederhana, ada banyak nilai plus di dalamnya.

MINIBIOGRAFI (Kompilasi Produk Pembelajaran Teks Biografi di SMKI) diniatkan untuk menghargai karya siswa. Penghargaan bahwa proses belajar yang telah dilakukan menjadi kegiatan yang bermakna. Bukan semata-mata ada yang didokumentasikan dalam kumpulan tulisan. Pengalaman yang mereka dapatkan dari seluruh proses pembelajaran diharapkan akan membentuk karakter mereka. Semoga.

 

 

 

Senin, 06 Juli 2020

Mulih

MULIH

Mulih nggadhahi pinten-pinten werdi.

Minggu, 12 April 2020

PUISI


PUISI
Beberapa pengertian puisi menurut para ahli.
1. H. B. Jassin
Menurut H. B. Jassin, puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan sebuah perasaan yang di dalamnya mengandung suatu pikiran-pikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan.
2. Herman J. Waluyo
Menurut Herman J. Waluyo, puisi adalah suatu karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan memfokuskan semua kekuatan bahasa dalam sebuah struktur fisik dan struktur batinnya.
3. Sumardi
Menurut Sumardi, puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan kata-kata bermakna kiasan (imajinatif).
4. Theodore Watts-Dunton
Menurut Theodore Watts-Dunton, puisi adalah suatu ekpresi yang konkret dan bersifat artistik dari sebuah pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
5. James Reevas
Menurut James Reevas, puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat.
6. Panuti Sudjiman
Menurut Panuti Sudjiman, pengertian puisi adalah suatu karya sastra yang bahasanya terikat oleh suatu irama, matra, rima, dalam penyusunan larik dan baitnya.
Menurutmu, puisi itu sebenarnya apa?
Silakan tuliskan pendapatmu itu dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.

Unsur-Unsur Puisi

Puisi  dibentuk oleh struktur batin dan struktur fisik yang ada di dalamnya sehingga menjadi satu kesatuan. Berikut ini beberapa unsur puisi.

A. Struktur Batin

Struktur batin puisi disebut juga sebagai hakikat puisi,  yang terdiri dari beberapa hal.

1. Tema/ Makna (sense)

Ini adalah unsur utama dalam puisi karena dapat menjelaskan makna yang ingin disampaikan oleh seorang penyair dengan media utama berupa bahasa.

2. Rasa (feeling)

Ini adalah sikap penyair terhadap suatu masalah yang diungkapkan dalam puisi. Pada umumnya, ungkapan rasa ini sangat berkaitan dengan latar belakang sang penyair, misalnya agama, pendidikan, kelas sosial, jenis kelamin, pengalaman sosial, dan lain-lain.

3. Nada (tone)

Nada merupakan sikap seorang penyair terhadap audiensnya serta sangat berkaitan dengan makna dan rasa. Melalui nada, seorang penyair dapat menyampaikan puisi dengan nada mendikte, menggurui, memandang rendah, dan sikap lainnya terhadap audiens.

4. Tujuan (intention)

Tujuan/ maksud/ amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh  penyair kepada audiensnya.

Struktur Fisik

Struktur fisik suatu puisi disebut juga dengan cara pengungkapan dalam bentuk visualisasi atau perwajahan puisi dengan beberapa ekspresi berikut ini.

1. Perwajahan Puisi (tipografi)

Tipografi adalah bentuk format suatu puisi, seperti pengaturan baris, tepi kanan-kiri, halaman yang tidak dipenuhi kata-kata. Perwajahan puisi ini sangat berpengaruh pada pemaknaan isi puisi.

2. Pilihan Kata (diksi)

Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh seorang penyair dalam mengungkapkan puisinya sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan. Pemilihan kata pada puisi sangat berkaitan dengan makna yang ingin disampaikan oleh penyair.

3. Imaji

Imaji adalah penggunaan kata dalam puisi yang bisa mengungkapkan pengalaman indrawi sang penyair (pendengaran (audial), penglihatan (visual), dan perasaan(taktil)) sehingga dapat memengaruhi audiens seolah-olah merasakan yang dialami sang penyair.

4. Kata Konkret

Kata konkret adalah bentuk kata yang bisa ditangkap oleh indera manusia sehingga menimbulkan imaji. Kata-kata yang digunakan umumnya berbentuk kiasan (imajinatif), misalnya penggunaan kata “salju” untuk menjelaskan kebekuan jiwa.

5. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa yang bisa menimbulkan efek dan konotasi tertentu dengan bahasa figuratif sehingga mengandung banyak makna. Gaya bahasa ini disebut juga dengan majas (metafora, ironi, repetisi, pleonasme, dan lain-lain).

6. Rima

Rima  adalah persamaan bunyi dalam penyampaian puisi, baik di awal, tengah, maupun di akhir puisi. Rima dapat dilihat secara vertikal, persamaan bunyi pada akhirbaris dalam satu bait, dan horisontal, persamaan bunyi pada setiap kata dalam satu baris.
Rima vertikal berjenis (a) rima sejajar berpola: a-a-a-a; (b) rima kembar berpola: a-a-b-b; (c) rima berpeluk berpola: a-b-b-a; dan (d) rima bersilang berpola: a-b-a-b.
Rima horisontal berjenis aliterasi yakni persamaan konsonan pada setiap kata dalam satu baris dan asonansi yaitu persamaan vokal pada setiap kata dalam satu baris.

Jenis-Jenis Puisi

Jenis-jenis puisi dapat dikelompokkan berdasarkan zamannya. Mengacu pada pengertian puisi di atas, berikut beberapa jenis puisi.

A. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh berbagai aturan penulisan,  misalnya jumlah kata dalam baris-baris puisi, jumlah baris dalam satu bait puisi, persajakan, jumlah suku kata dalam setiap baris, dan irama puisi
Berikut ini termasuk dalam puisi lama.
  1. Mantra, yaitu ucapan-ucapan yang dipercaya memiliki kekuatan magis.
  2. Pantun, yaitu bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik dengan rima akhir ab-ab.
  3. Karmina, yaitu pantun kilat yang bentuknya lebih pendek dari pantun.
  4. Seloka, yaitu pantun berkait yang berasal dari Melayu klasik yang berisi pepatah.
  5. Gurindam, yaitu puisi yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama.
  6. Syair, yaitu puisi yang terdiri dari empat baris dengan bunyi akhir yang sama.
  7. Talibun, yaitu pantun yang lebih dari empat baris dan memiliki rama abc-abc.




B. Puisi Baru
Puisi baru adalah jenis puisi yang lebih bebas dibanding puisi lama, baik dalam jumlah baris, suku kata, maupun rima. Berikut ini beberapa puisi yang termasuk puisi baru.
  1. Balada, sajak sederhana yang mengisahkan tentang cerita rakyat yang mengharukan, yang terkadang dinyanyikan atau disajikan dalam bentuk dialog.
  2. Himne (gita puja), yaitu sejenis nyanyian pujaan, biasanya pujaan ditujukan untuk Tuhan atau Dewa.
  3. Ode, yaitu puisi lirik berisikan sanjungan kepada orang yang berjasa dengan nada agung dan tema serius.
  4. Epigram, yaitu puisi yang berisi tentang tuntunan/ ajaran hidup.
  5. Romansa, yaitu jenis puisi cerita yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
  6. Elegi, yaitu syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan dukacita, khususnya pada peristiwa kematian.
  7. Satire, yaitu puisi yang menggunakan gaya bahasa yang berisi sindiran atau kritik dan disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi.
  8. Distikon, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 2 baris (puisi dua seuntai).
  9. Terzina, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 3 baris (puisi tiga seuntai).
  10. Kuatren, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 4 baris (puisi empat seuntai).
  11. Kuint, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 5 baris (puisi lima seuntai).
  12. Sekstet, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 6 baris (puisi enam seuntai).
  13. Septima, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 7 baris (tujuh seuntai).
  14. Oktaf/Stanza, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 8 baris (puisi delapan seuntai).
  15. Soneta, yaitu puisi yang terdiri dari 14 baris yang dibagi menjadi 2, yakni 2 bait pertama masing-masing 4 baris dan 2 bait kedua masing-masing tiga baris.

C. Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer adalah jenis puisi yang berusaha keluar dari ikatan konvensional puisi. Jenis puisi ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tidak lagi mementingkan tentang irama, gaya bahasa, dan hal-hal lain yang umumnya terdapat pada puisi lama dan baru.
Berikut ini termasuk dalam puisi kontemporer.
  1. Puisi mantra, puisi yang mengambil sifat-sifat dari mantra.
  2. Puisi mbeling, puisi yang sudah tidak mengikuti aturan dan ketentuan umum dalam puisi.
  3. Puisi konkret, puisi yang lebih mengutamakan bentuk grafis (wajah dan bentuk lain secara visual) dan tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media.

Referensi
1.    Bahasa Indonesia kelas X Kurikulum 2013, Revisi 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Jumat, 17 Januari 2020

Monster uler

Monster uler

Pawarta cobra temtunipun langkung narik kawigatosan tinimbang namung uler. Jinis ulo punika pancen dados momok kangge kathah tiyang. Mboten namung upasipun ingkang mandi sanget. Nembe mireng bilih punika ulo cobra, kita sampun njegreg. Sauwat pikiran lajeng mbayangaken ingkang nggegirisi.
Benten kaliyan uler. Wujudipun pancen maneka warni. Wonten ingkang ireng njanges, wonten ingkang ijo kados godhong, wonten ingkang lorek-lorek, wonten ingkang kuning, lan sanes-sanesipun. Malah wonten ingkang endah warnanipun.
Uler mboten nggadhahi upas ingkang ndadosaken tiyang tilar donya. Ananging wujudipun saged kaanggep nggilani dening sawatawis tiyang. Ningali uler ingkang pating kloget tiyang saged girap-girap.
Pinten-pinten dinten punika nembe usum uler jati. Sasampunipun wit jati trubus godhongipun, uler jati kados-kados njedhul makaten kemawon. Ngertos-ngertos godhong ingkang suwau ijo royo-royo lajeng prigis.
Dinten candhakipun lajeng pating grandhul uler jati. Wonten ingkang nlusup sangandhapipun godhong garing, ndhelik sasela-selanipun watu, wonten ingkang ngetiging pados panggenan aman, wonten ingkang kabekta angin lajeng mrambat cendela, nempel tembok. Malah wonten ingkang mlebet griya liwat ngandhap kori ingkang mboten rapet.
Uler ingkang mboten nggegirisi lan mboten mbebayani manawi jumlahipun ewon saged kemawon dados monster. Monster ingkang ndhatengaken raos jijik lan gilo.
Namung kemawon. Tiga sekawan dinten malih. Monster uler punika badhe malih dados enthung ingkang wujudipun benten sanget kaliyan uleripun. Enthung utawi ungker punika malah dados berkah dhateng sawatawis tiyang ing sawatawis dhaerah.
Monster uler dados monster ungker. Salah satunggaling kaelokan ingkang ngeram-eramaken panggesangan kita.

(Senin Wage, 30 Desember 2019)