Senin, 12 Desember 2011

keinginan

keinginan

kembali mengarungi lautan rutinitas
aku hanya bisa berjaga agar tidak tenggelam di luas samuderanya
merambah rimba kesibukan yang tak berbatas
... aku hanya bisa berjaga agar tidak tersesat di belantara semestanya
menekuni kembali dunia kreativitas
aku hanya bisa berharap menemukan pemantik di balik sinar pijarnya

देफ्फिसिलिया कुए pulchra

defficilia quae pulchra

panggilan tunda itu menyisakan tanda tanya
kucoba berburu berita pemuas lega
dan semua tentang jakarta
... harapan yang pernah reda
terima kasih harmas osa gaby mahla
penyemangat yang terus menyala
terimakasih muridmurid
penantang kreasi dan inovasi yang terus melejit
awal berat berlalu berubah harap
jakarta aku terima tantanganmu kali kedua

न्यान्यियन hujan

nyanyian hujan

gemuruhmu adalah semarak genderang tingkap baja
gempitamu bagai mars penyumbat gendang telinga
deras basahmu yang menderu riuh
menggugah hasratku yang sempat teduh
di antara tiup angin dan suarasuara semayup
tempiasmu menjebakku dalam kuyup

Selasa, 08 November 2011

हुजन बुलन november

hujan bulan november

matahari terjebak dalam lingkaran putih
dan mendung yang menggantung mengurungku tertatih
ransel yang memeluk punggungku dalam letih
memberat karena sarat muatan lebih
namun tempias air menjaga pikiran dan mataku tetap jernih

refleksi

renungan kematian
(sebuah refleksi atas banyak kematian)

seorang suami selalu bertanya pada isterinya sebelum meninggal:
apa pendapatmu tentang mengharap lebih dari yang dibutuhkan?
... : berharap lebih dari yang dibutuhkan adalah sifat penuntut
apa pendapatmu mengenai meminta lebih dari yang seharusnya diterima?
: meminta lebih dari yang seharusnya diterima adalah sifat serakah
apa pendapatmu terhadap orang yang bertindak lebih dari kewenangan?
: bertindak lebih dari kewenangan adalah sifat megaloman
apa pendapatmu terhadap keinginankeinginanku terhadapmu?
: aku mungkin harus mati hari ini agar kamu sadar
bahwa keinginanmu sudah kupenuhi

पेर्मैनन kata

permainan kata

panjang pendek perjalanan bukan jauh dekat jarak tempuh
dalam cetek pengalaman bukan persoalan lama berkayuh
saat banyak dermaga pilihan tentukan tempatmu berlabuh

Jumat, 14 Oktober 2011

सेदेम properamus

sedem properamus

matahari bertengger di ubunubun
liang lahat secangkulsecangkul ditimbun
bayang mbah mitro mengayun
serius aut citius sedem properamus ad unum

Minggu, 02 Oktober 2011

हरी perayaan

hari perayaan

kembali berdiri di hadapanmu muridmurid
dunia seakan tertawa sepanjang hari
binarsinar matamu adalah matahari setiap hari
senyum dan celotehmu sumber energi tiada henti
keusilanmu menjadi pemompa nadi yang takpernah berhenti

Jumat, 23 September 2011

dejavu

dejavu

sebelasmaret seribusembilanratussembilapuluhsatu
terakhir namaku disebut di tempat ini
sepuluh september duaribusebelas
kakiku kembali menjejak auditorium bergetar ini
plpg oh plpg

संग pejuang

sang pejuang

kembar merapi merbabu di kiri
bentangan sawah hijau di kanan
bus membelah di tengahtengah
solo menyambutku:
selamat datang pejuang

Kamis, 22 September 2011

फ्राग्में x

fragmen hari x

kamar 2x4m terus jadi gambar
pertolonganmu tergurat di jidat
aku akan mengingatmu dengan hikmat
kerten aku akan merindukanmu

फ्राग्में हरी ix

fragmen ix

nasihat jenderal sun tzu:
menangkan peperangan
dan bukan pertempuranpertempuran kecilnya
sembilan pertempuran telah kugenggam
selanjutnya terserah kepada-Mu

फ्राग्में हरी viii

fragmen viii

kelelahan tidak menyiksaku dibandingkan kenangan

फ्राग्में हरी vii

fragmen hari vii

apa bedanya menggelandang dengan menikmati kemewahan
ramah solo dan keangkuhannya mencampakkanku sebagai kerabat

फ्राग्में हरी vi

fragmen hari vi

dentang tiga kali jam dinding
diiringi orkestra kokok pejantan
raung angkuh peluit kereta
... menghantam gendang telinga
pulasku seketika bersayap
membumbung menuju antah

फ्राग्में हरी v

fragmen hari v

masih membulat semangat di timbunan kelelahan
menggelandang di antara solo square tentu berbeda

फ्राग्में हरी iv

fragmen hari iv

gerimis mengiringi gontai langkahku
beban tas punggung terasa makin berat
tetapi yang lebih berat adalah menjaga semangat
agar terus mendarat

फ्राग्में हरी iii

fragmen hari iii

kaki melangkah mantap menyusuri udara lembab
kerten dan square yang makin akrab
menatapku sembab

फ्राग्में हरी ii

fragmen hari ii

bulan mengintip dari balik jendela
terkapar lelah menggapai entah

फ्राग्में हरी i

fragmen hari i

menyusuri malammu hanya membuat termangu
bukan sasar yang membuatku terdampar

Jumat, 26 Agustus 2011

matahati

MATAHATI

hari berganti karena matahari
hati berganti karena matahati
matahati berseri karena idul fitri

kado

Kado

pagi ini bulan tetap bersinar
dan katamu itu hanya gambar
pagi ini bulan bernyanyi
...dan katamu itu hanya mimpi
pagi ini bulan tetap tersenyum
dan lagu ulang tahun pun mengalun

मेराह्पुतिः indonesia

Merah Putih Indonesia

indonesia merah tetap indonesiaku
indonesia putih juga indonesiaku
indonesia merah tetap indonesiamu
indonesia putih juga indonesiamu
merahputih indonesia merahputih jiwa kita

Jumat, 12 Agustus 2011

एपीसोड़े BINTANG

EPISODE BINTANG

pukaukemilaumu telah halaugalauku
pendarsinarmu mewujud suar
kesadaran kembali memelukku
: gelora membawaku hilang waspada
gairah membuatku lengah

Rabu, 03 Agustus 2011

PEMBELAAN

PLEIDOI

bintang jauh yang tak terjangkau
memandangiku dengan sorot tajamnya
tatapan matanya menghunjam
menyakiti hatiku dengan pengadilannya
bibirku hanya sanggup bergetar dan bergumam
: biarkan aku mencintai dengan caraku sendiri

Kamis, 28 Juli 2011

AKHIR EPISODE BULAN

AKHIR EPISODE BULAN

kasihan bulanku fajar membunuhnya pelanpelan
meredup menjauh menghilang
tinggal pesannya yang terngiang
:ini caraku biar kamu tetap merindukanku

EPISODE BULAN

EPISODE BULAN

bulan yang tersangkut gumpalan awan
sembunyikan wajah pucatnya
mengintipku dan tersenyum malu
atau menertawakanku yang
setengah berlari mengejar fajar
tidur nyenyak membuatmu kesiangan?
sindirnya kepadaku

CINTA YANG SELALU BERBEDA

CINTA YANG SELALU BERBEDA

bulan masih menyisakan dirinya
saat kutapaki pematang ini kembali
bulan yang sama
pematang yang sama
langkah yang sama tetapi
dengan cinta yang berbeda

HARI KERJA

HARI KERJA
bulan separuh memandangiku dari jauh
melangkahi pematang sawah ini
teriakan kernet bus membelah pagi
solo solo solo

Minggu, 05 Juni 2011

Etos

Lakukan berdasar apa yang bisa kamu kerjakan dan bukan berdasar yang melebihi kemampuanmu.

Selasa, 03 Mei 2011

Kredo

Kredo

Tulisan-tulisan saya mungkin tidak mengubah apa pun tetapi tulisan-tulisan itu telah mengubah pemikiran saya ke hal yang lebih baik.

Ely Prihmono S.P.
Sidokare, 14 April 2011

Rabu, 27 April 2011

डोमबा paskah

Lihatlah Manusia Itu!
Yohanes 19:5

Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah Manusia itu!"


Mesin waktu membawa tiga orang jemaat GKJ Wonogiri Utara (GKJ WU) menghadiri sidang rakyat yang dilakukan Pilatus. Disebut sidang rakyat karena pengadilan terhadap Yesus tidak di ruang pengadilan tetapi di depan gedung pengadilan. Disebut sidang rakyat karena yang hadir di persidangan adalah masyarakat dengan jumlah yang sangat banyak dan dari berbagai kalangan.
Satu dari tiga orang jemaat GKJ WU mulai tidak kuasa menahan air mata. Rasa trenyuh , iba, kasihan, mulai menguasai hati dan perasaannya. Baru beberapa hari lalu orang meneriakkan hosana...hosana sebagai tanda hormat. Hari ini orang banyak meneriakkan salibkan...salibkan. Bukan sekadar teriakan. Sesahan, tamparan, pukulan, dan tusukan duri menjadi siksaan fisik yang tidak ringan. Sungguh-sungguh menyakitkan. Penderitaan fisik dan psikis mahahebat yang dialami Yesus membuat jemaat GKJ WU itu tidak kuasa melanjutkan melihat dan mendengar siksaan itu. Ia hanya ternganga. Tidak percaya ada orang-orang yang sedemikian kejam perlakuannya kepada orang lain.
Jemaat kedua merasakan hal yang berbeda. Hatinya mulai bertanya-tanya. Banyak orang yang terbakar emosi hingga tega berbuat kejam kepadaorang lain. Pasti orang sebanyak itu punya alasan yang kuat sehingga memperlakukan Yesus sedemikian sadis. Jangan-jangan orang banyak itu benar dengan apa yang dilakukannya. Psikologi dan emosi massa mulai memengaruhi anggota jemaat GKJ WU itu. Ia mulai ragu akan keyakinannya selama ini. Keraguan dan kebimbangan mulai menyergap imannya. Dalam kegundahan, ia menyaksikan kelanjutan kisah pengadilan itu.
Jemaat ketiga juga punya tanggapan berbeda daripada kedua temannya. Ia terkesan begitu menikmati peristiwa yang berada di depan matanya. Kadang dahinya mengernyit. Kadang mulutnya memulur. Kadang rahangnya mengeras. Kadang matanya sedikit membelalak. Ia seperti sedang nonton sebuah film tragedi. Cerita yang mendasari film membuatnya takjub. Ia melihat semuanya itu tidak lebih sekadar tontonan yang berusaha menghiburnya.
Apa yang terjadi pada diri kita? Kisah penyaliban itu kembali hadir di hadapan kita. Kita tidak memakai mesin waktu yang membawa langsung ke peristiwa itu. Kita hari ini mengenang kembali peristiwanya. Sayup-sayup kata-kata Pilatus kita dengar, “Lihatlah manusia itu!”. Apa yang kita lihat? Sekadar trenyuh, iba, kasihan. Apakah kita juga mulai mempertanyakan keyakinan kita? Atau kita mulai menganggap kisah itu sebagai sebuah hiburan semata?
Seorang pendeta, penyair, sekaligus Sekjen PGI, Fridolin Ukur pernah menulis puisi Domba Paskah. Baris-baris puisinya demikian, Kebencian, dendam dan dengki/ditudingkan pada-Nya/ai, gampang sekali/dia ‘kan Cuma si anak domba// kegagalan, kemurungan dan kecewa/ditimpakan atas pundak-Nya/memang enak saja/ si anak domba tak buka suara// tangan-tangan rakus tambah serakah/jari-jari berkuku tajam penuh bisa/seperti anjing-anjing kelaparan/rebutan tulang-tulang sisa/merobek-robek sang domba paskah// betapa hitamnya salah dituduhkan kepada-Nya/Ia singa, Ia serigala/Ia penghujat, Ia pendosa!// Padahal Ia-lah si anak domba/Penanggung segala bencana!/pada tatapan mata-Nya/terkaca segala yang sempurna: cinta!// (Fridolin Ukur, dalam Horison-XXXIX/2005).

Apapun yang kita bayangkan. Apapun yang kita saksikan dalam khayalan kita. Yesus yang diadili itu adalah Sang Anak Domba. Dia adalah penanggung segala bencana tragedi kemanusiaan yang dialaminya. Bayangkanlah tatapan mata-Nya saat mengalami siksaan. Bukan kebencian, bukan dendam, bukan kesumat yang minta pembalasan. Tetapi mata itu hanya menyinarkan kasih. Cinta-Nya kepada manusia. Bagi kita para pendosa.
Lihatlah manusia itu. Manusia yang penuh sifat welas asih. Teladanilah.

पेनुतुपन April

Metafora Bahtera Nuh
Kajadian 7: 1- 4

7:1 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: "Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. 7:2 Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya; 7:3 juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunannya di seluruh bumi. 7:4 Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu."


Ibu Bapak tentu sudah sangat akrab dengan kisah Nuh dan bahteranya. Bahtera yang dibuat di tengah ketidaklogisan itu menjadi penyelamat Nuh, keluarga, dan berbagai makhluk hidup yang lainnya. Bahtera dari kayu gofir itu berpetak-petak, ditutup dengan pakal dari luar dan dari dalam, pintunya ada pada lambungnya, bertingkat bawah, tengah, dan atas. Semua itu dibangun dengan memerhatikan faktor kebutuhan dan keselamatan. Konsep savety first menjadi hal utama. Dan, kita semua tahu cerita selanjutnya. Semua yang berada di dalam bahtera akhirnya selamat.

Ibu Bapak, hari ini saya akan menyampaikan bagian yang belum Ibu Bapak ketahui. Konon, bahtera itu suatu ketika dipakai dalam pelayaran nostalgia. Semacam pelayaran wisata menikmati kejayaan masa lampau. Tetapi, tanpa sepengetahuan dari mereka yang sedang menikmati hidup, bahtera itu ternyata menjadi sarang beberapa jenis binatang. Beberapa binatang itu ada yang termasuk pengerat. Ada tikus, tupai, berang-berang, dan beberapa jenis burung pelatuk.

Pelayaran wisata itu berlangsung sangat lama, hampir seperti peristiwanya, Nuh berumur enam ratus tahun sampai enam ratus satu tahun. Seiring dengan lamanya waktu pelayaran, beberapa binatang mulai mengerat papan-papan kayu bahtera. Bukan dengan tujuan tertentu tetapi sesuai kodratnya, pengerat kalau tidak mengerat bukan pengerat. Sementara itu, burung pelatuk mulai mematuk tiang-tiang kayu bahtera. Masa kawin memaksanya untuk segera membuat sarang.

Bisa kita bayangkan. Lama-kelamaan, muncul lubang di dinding bahtera. Tanpa disadari, bahtera yang awalnya menjadi penyelamat itu menjadi tempat kematian seluruh penumpangnya.

Ibu Bapak, kisah lanjutan bahtera Nuh hanyalah metafora. Seperti kebiasaan Tuhan Yesus mengajar dengan perumpamaan, bahtera Nuh adalah perumpamaan. Biasanya kita mendengar pengajaran yang meninabobokan. Sering kita mendengar pengajaran yang menenteramkan. Tetapi hari ini, kita belajar hal yang tidak enak. Kita tidak sedang minum susu. Kita akan makan sesuatu yang lebih keras.

Mari kita belajar dari bahtera Nuh ini. Sekolah ini ibarat bahtera Nuh di pelayaran kedua. Ada yang ingin menikmati suasana yang nyaman, ada yang ingin menikmati kejayaan masa lampau, ada yang ingin bernostalgia. Tanpa kita sadari kita juga mulai mengerat karena dalam diri kita memang ada sifat. Tanpa kita sadari pula kita mulai mematuk-matuk untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan lebih besar untuk melakukan tugas dan tanggung jawab secara baik mulai tidak kita penuhi.

Mungkin kita berpikir, bahwa yang kita lakukan hanya perkara kecil. Ah hanya administrasi guru. Ah hanya administrasi kepala sekolah. Ah hanya administrasi tu. Dan ah-ah yang lain. Tidak memenuhi administrasi itu perbuatan koruptif. Mulanya memang sekadar ah-ah itu yang kita anggap hal kecil. Tetapi ah-ah itu akan terakumulasi menjadi sifat yang korup yang lebih besar.

Sekolah ini organisasi. Seperti halnya dengan bahtera Nuh, tidak boleh ada keratan-keratan sekecil apa pun. Apalagi gerogotan-gerogotan dengan alasan kepentingan tertentu. Ingatlah harga yang harus di bayar adalah tenggelamnya bahtera organisasi ini. Di bahtera ini ada banyak yang berlindung, isteri, suami, anak-anak, dan naggota keluarga yang lain.

Sebelum terlambat, sifat-sifat pengerat harus kita buang jauh-jauh. Sebelum terlambat kita buang jauh-jauh hasrat menggerogoti organisasi. Karena kalau sudah mulai tenggelam Ibu Bapak harus siap membayar harganya. Amin.

Minggu, 02 Januari 2011

अवल Tahun

Protes Anakku

Dalam kategori orang dewasa, apa yang dilakukannya adalah protes. Mengapa perlu kata dalam kategori orang dewasa? Karena yang dilakukannya hanya bercerita. Lebih tepatnya, ia hanya berceloteh. Ngomong ngalor ngidul asal bunyi. Diksi tidak menentu. Lebih tepat (mungkin) disebut meracau.

Namun begitu, di balik ketidakjelasan dan ketidakteraturan, tetap ada hal yang bisa diambil maknanya. Ada sesuatu yang tidak disenanginya. Perlakuan-perlakuan orang dewasa di sekitarnya menjadi catatan. Memorinya mencatat perlakuan yang tidak dapat diterima dan yang memberi kesan.

Protes dengan cara yang berbeda. Namun begitu tetap memberi kesan sekaligus pesan yang tegas.

2011

Pengilon

Wacan: Yakobus 1
Nats: Yakobus 1: 23
Awit wong sing mung ngrungokaké waé tanpa nglakoni, kuwi kaya wong sing ngilo ana ing pengilon lan mung weruh rupané (Yakobus 1: 23)

Bab pengilon, ana crita mangkene. Sawijining krajan kaprentah dening raja kang gung binathara. Misuwur kawasisane. Kondhang kawicaksanane. Kuncara bebudene. Pamarentahan katindakake kanthi adil temahan krajan iku ayem, tentrem, adil, lan makmur. Kabeh mau njalari Sang Nata diurmati lan diasihi dening pamong praja, abdi dalem, lan rakyate.

Kondhange Sang Prabu ora mung ana ing laladan krajanne. Malah para raja ing manca, nelakkake rasa urmat lan pakering marang Sang Nata. Ana kang ngaturke upeti, ana kang caos dedana, tali asih, lan liya-liyane. Ananging sing akeh banjur padha meguru. Para raja ing sakiwa tengenne krajan iku padha sinau kawasisan lan kawicaksanan. Kabeh pengin mangerteni apa kang dadi wadine Sang Nata saengga bisa mrentah krajan kanthi apik kaya mangkono.

Ringkese crita, Sang Nata banjur memulang para raja kang pengin sinau mau. Sang Prabu miwiti piwulange. Panjenenganne ngetokake pengilon loro saka jubahe. Pengilon kang kapisan kaselehake ana ing meja. Para murid diprentahake padha ndeleng. Mbaka siji murid-murid iku didhawuhi nyritakake apa kang nembe dideleng. Kabeh murid nggambarake kahanan kang nyedhihake lan nrenyuhake sarta rupa-rupa kasangsaran kang dialami dening rakyate dhewe-dhewe. Pengilon kang kapindho nuli genti kaselehake ing meja. Para murid kadhawuhan ndeleng gambar ing pengilon. Mbaka siji kaprentah nyritakake apa kang dideleng. Kabeh murid nggambarake kahanan kang sarwa nengsemake lan nyenengake sarta rupa-rupa kabegjan kang dialami dening rakyate dhewe-dhewe.
Sang Nata banjur ngandika. Apa kang dideleng ing pengilon kapisan nggambarake kahanan kang sanyatane. Rakyat ing krajaning raja kang nembe meguru ora beda adoh saka gambar ing pengilon kapisan. Dene gambar ing pengilon kapindho kahanan kang diantu-antu dening rakyat. Gegambaran iku mau kabeh bakal dadi kanyatan sauger para raja iku nduweni krenteg kang gedhe, rancangan kang apik, lan kang luwih penting nindakake pakaryan kanthi tumemen. Iku mau kabeh kanggo mujudake kahanan kang nengsemake lan nyenengake supaya kabeh ngrasakake kabegjaning urip.

Crita ing dhuwur ngemu werdi: manawa kita pengin ngowahi kahanan, pengin ngrasakake kabegjaning urip, kita kudu gelem nliti uripe dhewe-dhewe lan tumindak kanthi tumemen kanggo ngowahi kahanan kang ora apik. Banjur apa hubunganne crita ing dhuwur karo wacan ing Yakobus 1?

Dina iki kita lumebu ing taun anyar, yaiku tahun 2011. Mumpung isih tanggal 1, coba padha niti priksa apa kang wus ditindakake lan diasilake ing taun 2010. Ana pangandika, saben wong sing padha cepet yèn ngrungokaké, nanging sing alon-alon yèn caturan utawa yèn nepsu (Yakobus 1: 19). Ing kanyatan sajroning kita masamuwan ya ing greja, ing lingkungan, ing masyarakat, utawa ing sadhengah papan, kang kedadeyan malah suwalike. Kita rebutan cepet olehe caturan: ora ana kang gelem ngalah, kabeh rebut benere dhewe-dhewe. Amarga rebut bener lan ora padha gelem ngalah banjur padha ngumbar kanepson. Padha dingertenana awit srana nepsu manungsa ora bisa nglakoni kersané Gusti Allah. Nangin sepisan maneh, kanepson kang asring nguwasani urip kita.

Kang dikersakake Gusti cetho: sing cepet ngrungokake. Iku ateges cepet mangerteni apa kang dadi kersanne Gusti, dirasak-rasakake, banjur ditindakake ana ing panguripane dhewe-dhewe. Ya urip padinan, urip masamuwan, lan urip sajroning masyarakat. Apa kang kapikir, apa kang kaucap, lan apa kang katindakake kudu kadasaran dening Pangandikane Gusti Allah kang kita mangerteni.

Nindakake apa kang dadi dhawuhe Gusti iku satemene mung nerusake apa kang dirungokake lan dimangerteni. Yakobus nandhesake, dhawuhé Allah lakonana, aja mung dirungokaké waé, sebab yèn mung kokrungokaké, kuwi padha karo ngapusi awakmu dhéwé (Yakobus 1: 22). Wong kang ora nindakake Dhawuhe Gusti ateges wis ngapusi. Saben wong mesthi tau ngapusi, ya mbuh sengaja utawa ora. Nanging, apa wae ancase, ngapusi iku tumindak kang ora becik. Lha apa maneh yen wong wis ngapusi awakke dhewe. Prakara iki dadi tumindak kang kebangeten. Utawa paling ora yen nganti ana penganggep, awakke dhewe wae diapusi apa maneh wong liya.

Nglakoni dhawuhe Gusti miturut Yakobus mujudake piwulang kang penting. Marga saka pentinge, Yakobus paring pemut, awit wong sing mung ngrungokaké waé tanpa nglakoni, kuwi kaya wong sing ngilo ana ing pengilon lan mung weruh rupané. Sawisé namataké rainé dhéwé, mangka banjur lunga, sanalika wis lali kepriyé rupané mau. Pengilon penting kanggo nonton praupan, kanggo nliti: rupaku nengsemake, nggemesake, apa malah medeni Kepriye rupane kang padha ngilo bisa dimangerteni. Marga saka pengilon, nengsemake bisa kasampurnakake. Rupa nggemesake bisa kaowahi karoben ora marai wong liya gemes. Rupa kang medeni diowahi ben ora medeni. Rupa pating cloneh bisa karesiki. Rupa kucem bisa kasegerake. Lan sateruse.

Sawernaning kahanan semrawut ing rai ora bisa katata supaya merak ati manawa ora ana krenteg kanggo ngowahi. Aja maneh kok ngowahi. Nggatekake apa kang kurang wae sok-sok ora duwe wektu. Malah ana kang nganggep wis ora ana barang kang kudu disampurnakake. Ngilo mung satleraman wae. Mesthi wae ya banjur ora kelingan kahanane raine dhewe.

Pemut Yakobus dadi bab kang penting banget tumrap urip masamuwan kita ing taun anyar iki. Kita sacara pribadi merlokake pengilon kanggo nliti urip kita dhewe-dhewe. Pengilon kita ora liya yaiku Sabda Pangandikane Gusti. Pitakonan kang kudu dijawab, apa kita wus ngasihi Gusti kanthi nindakake dhawuhe: ngasihi Gusti Allah lan sapepadha? Coba kita gatekake ayat iki: yèn ana wong sing rumangsa ngabekti marang Gusti Allah, mangka ora mekak ilaté, kuwi ngapusi awaké dhéwé, pangibadahé tanpa guna (Yakobus 1: 26). Mekak ilat ateges nguwasani pocapan. Apa ing taun 2010 kita wis kasil mekak ilat kita? Apa malah ilat kanggo ngucap pocapan-pocapan kang ora bener? Manawa durung, apa kang bakal kita tindakake ing tahun 2011 iki? Padha ngiloa, yen tetep nggunakake ilat kanggo barang kang ora bener apa akibate. Semono uga manawa kita ngowahi kanggo bab-bab kang kakersakake Gusti, apa kang bakal katampa?

Ora mung bab ilat wae. Ing ayat sabanjure, Yakobus nulis pangabekti sing bener lan tanpa cacad ana ing ngarsané Gusti Allah, Rama kita, yakuwi ngrumati para bocah lola lan para randha ing sajroning kasangsarané lan njaga supaya awaké dhéwé aja nganti kena ing jejembering donya (Yakobus 1: 27). Ngrumati wong-wong kang ngalami kasangsaran. Kasangsaran bisa kasebabake dening awakke dhewe, bisa uga dening alam, dening wong liya, sarta sebab-sebab liyane. Kang dadi wose, apa kang kudu kita tindakake meruhi kasangsaran kaya mangkono mau? Ngurusi diakonia umat wae kita asring bantah-bantahan perkara jumlah rupiah. Durung yen kanggo sosial lan bantuan. Rasa kuatir bab kacukupaning kabutuhan luwih gedhe tinimbang sumarah marang kuwasa lan pakaryaning Gusti Allah. Ananging ing sasisih liyane, kita bisa ngrayakake upacara-upacara kanthi mewah. Banjur, apa kang bakal kita tindakkake ing tahun 2011? Kamangka miturut para winasis, urip ora bakal luwih entheng, urip ora bakal luwih gampang.

Tahun anyar. Ayo padha nggunakake pengilonne dhewe-dhewe. Ananging aja mung padha ngilo. Ayo nggayuh kahanan kang luwih apik kanthi nindakake apa kang dadi Pangandikane Gusti . Sebab sing sapa nggatèkaké dhawuhé Gusti Allah sarta nglakoni kanthi tumemen, dadi ora mung ngrungokaké waé, ing sabarang-gawéné mesthi diberkahi déning Gusti Allah, sebab dhawuhé Gusti Allah kuwi sampurna lan ngluwari manungsa (Yakobus 1: 25). Sugeng warsa anyar, Gusti mberkahi.

Ely Prihmono S.P.