Cara Pandang Yesus
Matius 4: 18 – 22
Saat
kita belajar dulu, mungkin ada salah satu teman yang kita anggap bodohnya keterlaluan. Ibu Bapak yang
berprofesi sebagai guru mungkin pernah menghadapi peserta didik dengan
kemampuan akademis seperti itu. Meski seorang guru tidak boleh mengecap muridnya
dengan cap bodoh, tetapi faktanya memang ada satu dua anak yang kemampuan
akademisnya jauh dengan rata-rata anak kebanyakan. Ada guru yang kemudian
memiliki istilah-istilah tertentu untuk menyebut anak-anak seperti ini.
Jika kita ke
pasar, mungkin kita pernah menjumpai mbah-mbah
menunggui tenggok berisi singkong di
dalamnya. Kita tidak tertarik sama sekali terhadap jualan mbah-mbah itu. Bahkan melirik saja mungkin tidak. Dalam pikiran
kita, “Ah... pohung!”. Tetapi ketika
kita ke penjual makanan dan melihat kroket, bolu, cake, puding, dan lain-lain yang berasal dari pohung, kita harus antre untuk mendapatkannya. Kita rela berebut
untuk memperolehnya.
Pernahkah kita
melihat bebek mengerami telurnya? Sepanjang yang kita ketahui, secara alamiah
telur itik dititipkan kepada induk ayam. Meri
dan kuthuk tumbuh bersama dengan
kebiasaan, perilaku, dan karakteristik berbeda. Yang satu kelompok suka
tempat-tempat basah dan berair sedangkan kelompok yang lain suka tempat-tempat
yang kering. Induk ayam tidak pernah menyesali perilaku dua kelompok anaknya
itu. Dia dengan cinta yang sama memelihara dan melindungi anak-anaknya.
Apa yang kita
dapatkan dari tiga ilustrasi di atas? Apakah ada relevansinya dengan bacaan
kita pada palam hari ini?
Tuhan Yesus
memanggil murid-murid-Nya dari berbagai latar belakang kehidupan. Semua
dipanggil dengan cara yang hampir sama dan dengan bahasa yang sama. Mereka
diajar dengan cara yang sama, dengan kedisiplinan yang sama, dengan keteladanan
yang sama, dengan hati yang sama, dan dengan cinta yang sama.
Tuhan Yesus
tidak menyesal ketika masing-masing orang yang dipanggilnya sebagai murid itu
tumbuh menjadi Matius, Markus, Lukas, Yohanes sang penulis Injil, Paulus
penulis surat-surat, dan bahkan Yudas yang mengkhianati. Tuhan Yesus tidak
menyesal murid-murid-Nya menjadi pribadi-pribadi berbeda dengan segala
kekhususan dan keunikannya.
Belajar dari Tuhan Yesus, mari kita layani
jemaat Tuhan dengan hati yang sama, kasih yang sama, kedisiplinan yang sama,
keteladanan yang sama, jiwa yang sama, dan cinta yang sama. Tuhan menghendaki
agar kita tidak memandang latar belakang jemaat yang kita layani. Kita tidak
boleh membeda-bedakan dalam pelayanan terhadap mereka. Kita tidak bisa meminta
kepada Tuhan umat yang kondisinya semuanya sama. Kita tidak mungkin menuntut
Tuhan memberikan orang yang setara semua untuk dilayani. Faktanya pasamuwan kita terdiri atas beragam
latar belakang. Kalaupun mereka kemudian menjadi pribadi-pribadi yang unik, menjadi
dirinya sendiri, kita tidak gagal melayani mereka. Dan kita tidak perlu
menyesalinya.
Tuhan Yesus
meneladani kita cara pandang yang seharusnya. Cara memandang umat kepunyaan-Nya
dengan cinta Allah yang tidak membeda-bedakan. Semoga Tuhan memberikan kepada
kita, para pelayan-Nya, cara pandang seperti cara pandang yang dimiliki
Kristus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar