Selasa, 29 September 2009

artikel pilihan

MENYEGARKAN UDARA SOLO
Sebanyak 11 m³ udara dibutuhkan satu orang untuk bernapas dalam seharinya. Udara yang dibutuhkan tentu udara dengan standar kualitas tertentu. Udara yang tercemar sebagai akibat polusi sangatlah berisiko bagi kesehatan. Masalahnya, seberapa kotor udara yang dikonsumsi setiap hari?

Udara bersih menjadi isu menarik di perkotaan termasuk Solo. Solo sebagai kota tujuan wisata, bisnis, industri, dan pendidikan tidak mungkin menolak kehadiran berbagai moda transportasi. Bus, truk, sepeda motor, dan transportasi penghasil polusi udara tanpa henti membanjiri Kota Solo. Lihatlah suasana lampu lalu lintas saat menyala merah. Bangjo Ngemplak, bangjo Palur, bangjo Faroka, bangjo Dawung, keempatnya menjadi contoh semakin padatnya jumlah kendaraan bermotor. Jumlah knalpot yang berlomba menyemprotkan gas buang beracun tak terhitung banyaknya. Ini baru sebagian penyebab di samping polusi karena industri.

Informasi seberapa tercemar udara Kota Solo sebaiknya dikaji. Pihak berwenang perlu menyosialisasikan kondisi kelayakan udara untuk dikonsumsi. Seberapa ambang batas dan seberapa toleransi yang ditetapkan. Sebab, indikator penyumbang pencemaran udara kondisinya semakin serius. Sudah selayaknya dilakukan analisis komprehensif melibatkan pihak berkompeten. Jangan lupa bahwa pencemaran udara berimplikasi luas terhadap hidup dan kehidupan yang membawa kerugian banyak pihak.

Sejumlah kota besar mencanangkan program green day, one day free, go green, maupun program-program ramah lingkungan lainnya. Program hijau untuk menciptakan paru-paru kota, pabrik oksigen yang membuat napas kota menjadi lega. Paru-paru kota menjamin persediaan udara bersih tercukupi. Program bebas kendaraan merupakan usaha konkret meminimalkan pencemaran udara.

Kota Solo pun pernah menggelorakan semangat solo royo-royo. Usaha penghijauan di setiap sudut kota. Semangat ini perlu digemakan lagi untuk menggelorakan kesadaran warga mengenai pentingnya lingkungan hijau. Belakangan ini gaungnya menyurut menyusul promosi pencitraan Solo yang lebih bernilai bisnis dan ekonomi. Sangat positif jika Solo modern dibarengi juga dengan citra Solo hijau, rindang, dan teduh.Program bebas kendaraan bermotor di Solo rasanya sulit diterapkan. Kebutuhan masyarakat dalam berkendaraan terlanjur tinggi. Perlu dikembangkan pemikiran menuju efektif dan efisiennya penggunaan kendaraan. Solusi alternatif, two in one untuk motor, three in one untuk mobil pribadi, dan pemberdayaan transportasi umum. Uji emisi gas buang juga mendesak direalisasikan. Semoga langit bersih dan Solo tidak sesak napas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar