Selasa, 02 Januari 2024

DEWA RUCI: Catatan Kecil Pentas Jeda Semester Seni Tari



DEWA RUCI: Catatan Kecil Pentas Jeda Semester Seni Tari 

Pentas Jeda Semester diadakan sebagai isian kegiatan setelah pelaksanaan kegiatan penilaian akhir semester tahun pelajaran 2023/2024. Program Keahlian Seni Tari, Seni Pedalangan, Seni Musik, dan Seni Karawitan melakukan pentas secara bergiliran. Seni Tari menampilkan perform seluruh kelas pada hari Senin, 11 Desember 2023. Hari Selasa, 12 Desember 2023 Seni Pedalangan mendapat giliran. Hari Rabu, 13 Desember 2023 jatah tampil Seni Musik. Seni Karawitan tampil pada Kamis, 14 Desember 2023 sekaligus sebagai peringatan Hari Gamelan 2023.

Pentas Jeda Semester Seni Tari menampilkan dua belas pementasan dari kelas X hingga kelas XII. Kedua belas tampilan itu adalah Tari Kidang, Tari Soreng, Tari Kridhaning Jaran Bocah, Drama Tari Dewa Ruci, Tari Cokro Manggilingan, Tari Srimpi, Tari Sekar Yudhaningrum, Tari Sancang Gugat, Tari Sukma Laksana, Tari Nggainah Menjres, Tari Oglek, dan Tari Bambangan Cakil. Melihat judul-judulnya nampak bervariasinya pertunjukan yang disuguhkan para siswa. Mereka berekspresi dalam kegembiraan setelah satu semester berproses dalam aktivitas pembelajaran baik praktik maupun teori. Kesempatan Pentas Jeda Semester dapat menjadi wadah berkreasi sekaligus berekreasi.

Pentas Jeda Semester sudah berakhir. Euforia dan hiruk-pikuknya sudah berlalu. Memang masih ada beberapa yang mengisahkannya. Ada juga yang masih menikmati kesan dan kenangan entah dalam bentuk jejak-jejak digital di media sosial maupun online. Hal ini wajar karena ada beberapa yang memiliki pengalaman pertama pentas. Dan itu terjadi di Pentas Jeda Semester. Terlepas dari semua itu ada catatan menarik Pentas Jeda Semester Tahun ini.
Dewa Ruci disajikan dalam format fragmen tari. Kisah ini sebenarnya cerita wayang. Kisah Raden Bratasena di dalam mencari sumber ilmu pengetahuan. Ini merupakan sebuah gambaran bahwa kehidupan manusia dalam mencapai cita-cita tentu didasari tekad yang kuat untuk belajar. Segala rintangan, kesulitan hidup harus dilalui dan dikalahkan sampai tuntas. Demikian juga kisah Raden Bratasena, di dalam dia mencari sumber ilmu pengetahuan banyak mengalami godaan dan rintangan. Bahkan harus terjun ke dalam samudera terdalam pun ia lakukan. Dan akhirnya dia berhasil mencapai ilmu pengetahuan itu, ketika dia berjumpa dengan Dewa Ruci. Pertemuan itu juga menggambarkan bersatunya alam besar (makrokosmos) dan alam kecil (mikrokosmos). Dalam filosofi Jawa Manunggaling Kawula Gusti.
Pementasan Dewa Ruci melibatkan hampir seluruh anggota kelas, yakni sejumlah 26 orang, 25 siswa dan 1 guru. Raden Bratasena diperankan oleh Satriyo Bagas Istyaji. Tokoh Dewa Ruci oleh Drs. Ely Prihmono Suwarso Putro, M.Pd. Pemeran Dewi Kunti Cheryne Aprilia Najwa. Dua raksasa, Dityakala Rukmuka diperankan oleh Nyimas Ayu Niken Hapsari sementara Dityakala Rukmakala oleh Yuli Putri Denisa. Tarian Rampak Yaksi (buto/raksasa) oleh Riska Windi Febtyan, Laila Nur Salsabila, Nayla Ananta, Monik Cahyani, Cheryna Putri Ariyadi, dan Febiana Dwi Yuliana. Para penari Rampak Kain adalah Oktavia Rahmadani, Iis Fajar Cahyani, Zahwa Kayla Putri, Nadya Ramadhani, Selvi Setia Ningrum, Fauziyyah Afra Rahmawati, Terrinsha Graciana Candrakanti, dan Esta Vadilla. Adapun para penari Rampak Naga adalah Nafisa Arum Pramesti, Natasya Maharani, Ananda Aurillova Ruthdiawati, Nanda, Zaskia Tassya Rani, Rista Ciptaningrum, dan Sinta Puspitasari.
Pentas fragmen tari Dewa Ruci diawali dengan kiprahan Raden Bratasena. Adegan berikutnya Raden Bratasena meminta restu kepada ibundanya Dewi Kunti untuk mencari jati diri. Dalam perjalanannya Raden Bratasena menerjang Rampak Yaksi hingga sirna. Tinggallah Dityakala Rukmuka dan Dityakala Rukmakala. Terjadi Perang palaran antara Bratasena dengan Rukmuka dan Rukmakala. Kedua yaksi dapat dikalahkan oleh Bratasena.
Adegan selanjutnya menggambarkan Bratasena masuk ke dalam lautan. Ditandai dengan munculnya tarian Rampak Banyu (air). Rampak Banyu masih di panggung disusul dengan tarian Rampak Naga. Terjadi peperangan yang hebat antara Bratasena dan rampak naga. Rampak naga dapat dikalahkan Bratasena dan jugar menjadi Dewa Ruci. Adegan terakhir adalah tarian antara Dewa Ruci memberikan doa restu dan berkah kepada Bratasena untuk dapat menjalani kehidupan sesuia dengan jati dirinya.
Ada catatan kecil namun menarik dari pertunjukan ini. Konsep ceritanya sudah teramat biasa karena ini ada di cerita wayang, baik wayang kulit maupun wayamg oramg. Namun kelas ini mementaskan dengan makna simbolis yang relatif baru. Mereka adalah anak-anak kelas XII yang baru saja menyelesaikan PKL. Mereka sadar bahwa waktu belajar mereka tidak lama lagi. Mereka akan segera menghadapi tugas akhir (TA) yang tidak ringan. Mereka butuh doa dan restu guru-gurunya agar dapat menyiapkan tugas akhir dengan baik. Mereka butuh support dan berkah dari orang tuanya supaya diberi kekuatan dan kemampuan mempersiapkan diri.
Itulah yang menjadi alasan pementasan ini mengikutsertakan guru sekaligus wali kelasnya untuk menjadi tokoh Dewa Ruci. Sebuah makna simbolis mohon dukungan seluruh guru dan orang tua agar diberi kemantapan, kekuatan, sekaligus kemampuan menyelesaikan proses pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka berharap seperti Bratasena mendapat restu untuk mencari jati diri.
Minggu Pahing, 17 Desember 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar