Senin, 15 Februari 2010

सतु lagi

MENULIS RENUNGAN*

Siapa Dapat Jadi Penulis?
Semua orang dapat mengarang. Buta huruf atau tidak, tak ada masalah. Bahkan John Milton pun, dalam keadaan buta bisa menjadi penyair kelas dunia. Orang lumpuh, bisu, tua, muda, laki-laki, perempuan, banci, petani, pedagang. Semuanya. Yang penting dapat mengekpresikan diri. Orang gila juga boleh mengarang. Kabarnya baik sebagai bentuk terapi (Eka Budianta)

Mengapa Harus Menulis?
Penulis bagaikan para pendidik agung:
1. Pemikir yang menghormati kebenaran.
2. Pekerja keras yang ingin menggerakkan hal-hal yang terbaik dalam diri manusia.
3. Pemberani dan penuh keyakinan, meski arah yang dituju penuh mara dan tak disukai banyak orang.
4. Manusia yang melihat dunia sebagai satu keseluruhan, yang tahu bahwa manusia sanggup mengangkat dirinya ke kemuliaan bila ada orang yang mengangkat imajinasinya dan menguraikan pandangannya. (Marion van Horne/yoel m. indrasmoro)
Apa yang Akan Ditulis?
Tulisan yang bersifat kristriani tidaklah mesti ditulis khusus mengenai agama, tapi ditulis dari perspektif filsafat hidup seorang Kristen. Pengenalan akan Tuhan memengaruhi pandangan kita terhadap segala pengalaman yang bersifat fisik, sosial, psikologi, intelektual dan rohani; karena itu kita bisa menulis tentang uang, olah raga, seks, penyakit atau politik. Tuhan relevan di dalam semua bidang praktis ini.

Siapa yang Akan Membacanya?
Siapa pembaca tulisan kristiani? Siswa yang canggih, yang juga membaca buku karangan Camus dan Nietzsche. Siswa yang radikal, yang juga membaca karangan Marx dan Lenin. Para petani pindahan dengan kawanan sapi di ladang. Nyonya-nyonya yang kaya. Pedagang di pasar. Kaum ibu muda yang baru belajar membaca. Anak-anak yang keingintahuannya besar. Kakek-kakek yang duduk di kedai teh.Karena mereka berbeda, orang-orang ini membutuhkan jenis tulisan yang berbeda. Jadi, sebelum menulis, kita mesti menentukan siapa pembaca kita (Mariam Adeney)
Apa Manfaatnya?
Demikian juga Alkitab: ” Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Tugas pertama penulis adalah menemukan dan memakai cara-cara yang membuatnya mampu melakukan hal-hal tadi. Ia harus belajar menggambarkan setiap orang, setiap situasi. Semua pengalaman yang tragis, lucu, memalukan, ganas, tak pantas, indah, atau misterius dapat menjadi bahan tulisannya. Ia harus menyampaikan pengalamannya sendiri, walau mungkin ia tidak mengetahui apakah pengalamannya itu ada artinya bagi orang lain. Tetapi, iniah risiko yang harus diambil secara jujur, karena sering nantinya ia akan disalahtafsirkan orang.
Jarang ada penulis yang lahir dengan kemampuan menggunakan kata-kata secara baik. Setiap penulis harus berlatih sampai ia menguasai seninya. Ia membutuhkan disiplin keras, latihan menulis dan menulis ulang (rewrite) yang berat dan berjam-jam.


Bagaimana Kiatnya?
Penulis, yang ingin tulisannya dibaca orang lain, perlu menyadari bahwa ia harus menulis jelas dan sederhana, ringkas dan logis. Bukan hanya keahliannya, tetapi ketulusan, karakter dan pengetahuannya tentang hakikat manusialah yang membuat tulisannya berpengaruh.
Penulis juga harus cepat menyadari bahwa ia bukanlah pencipta asli. Kata-kata yang digunakan dan pemikiran-pemikiran yang diungkapkannya selalu merupakan gema dari sesuatu yang diluar jangkauan imajinasinya yang lemah.
Bagaimana Langkah Praktisnya?
1. Menentukan Ayat Alkitab
2. Menemukan Berita/Isi
3. Menulis Renungan
4. Menyunting Renungan
5. Menyempurnakan Renungan
6. Publikasi


*Disampaikan dalam pelatihan menulis renungan oleh Komisi Studi Pengembangan GKJ Wonogiri Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar