Senin, 05 Oktober 2009

Meditasi

SUARA TUHAN, MUSIK BAGI ORANG TULI?
Yesaya 42 : 18 – 23
Nats ayat 20,23


Musik mengalun dengan melodi sangat indah. Ada yang mulai mengetuk-ngetukkan jari di sandaran kursi. Sebagian mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama. Suara tak…tuk….tak….tuk….alas sepatu beradu dengan lantai menambah suasana semakin ceria. Tak berapa lama kemudian semua yang hadir berdiri, selanjutnya terbuai dengan irama musik. Ada yang bergerak dengan lemah gemulai, melangkah maju dan mundur, melenggang-lenggok, berputar-putar, bergeser ke kiri dan ke kanan.

Aku heran melihat keganjilan di sekitarku. Kenapa mereka semua bertingkah laku seperti itu? Seseorang memberitahuku, mereka sedang menari. Mereka menari? Ya, mereka menari mengikuti irama lagu. Mengikuti irama lagu? Lagu apa? Katanya ada musik yang diperdengarkan, dan katanya lagi melodinya sangat indah sehingga semua orang, kecuali aku, tidak kuasa menahan keinginan untuk mengikutinya.

Kelihatannya sangat aneh. Hingga suatu ketika aku mendengar musik iringannya (aku dulunya tuli sama sekali). Barulah aku mengerti. Sungguh-sungguh indah tarian itu, demikian juga melodi lagunya.

Aku liris, itulah yang kita temukan dalam penggalan kisah di atas. Aku pada cerita itu tidak lain adalah kita yang sedang membaca cerita ini. Aku di dalam cerita tersebut adalah……………..(tulis nama kita masing-masing) yang punya telinga tetapi tidak mendengar (Yesaya 42 : 20b ‘engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar). Bahkan kita melihat banyak tetapi tidak memperhatikan (Yesaya 42 : 20a ‘engkau melihat banyak tetapi tidak memperhatikan).

Siapakah di antara kamu yang mau memasang telinga kepada hal ini, yang mau memperhatikan dan mendengarkannya untuk masa yang kemudian? (Yesaya 42 : 23). Kita memang harus memasang telinga untuk mendengar suara Tuhan. Bukan sekadar mendengar, tetapi mengerti dan memahami secara jelas yang dikehendaki Tuhan sehingga kita mampu mengerjakan sesuatu dengan sasaran dan tujuan yang jelas juga. Di sekitar kita banyak teladan: orang-orang yang mendengar, mengerti, dan memahami suara Tuhan sehingga dalam perilaku kesehariannya bisa kita jadikan contoh. Ada orang yang sedemikian besar kasih dan perhatiannya kepada keluarga (anak, isteri/suami, orang tua, saudara), siswa, rekan kerja. Tetapi kadang kita memandang sinis orang tersebut. Ada yang sedemikian besar tanggung jawabnya kepada pekerjaan. Namun kita malah curiga, jangan-jangan…..(itu yang ada di pikiran kita).

Pertanyaan bagi kita sekarang, mengapa ada orang-orang yang bisa berbuat demikian sementara kita tidak? Mengapa mereka mampu mendengar, mengerti, dan memahami apa yan dikehendaki Allah sedangkan kita tuli?

Seperti penikmat musik, orang yang mampu mendengar mampu menikmati; orang yang mampu mengerti mampu merasakan; orang yang mampu memahami mampu menjiwai. Sehingga semuanya itu akan mendarah mendaging terefleksikan dalam seluruh gerak kehidupannya. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar (Markus 4 : 9).

Musik mengalun dengan melodi sangat indah. Ada yang mulai mengetuk-ngetukkan jari di sandaran kursi. Sebagian mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama. Suara tak…tuk….tak….tuk….alas sepatu beradu dengan lantai menambah suasana semakin ceria. Tak berapa lama kemudian semua yang hadir berdiri, selanjutnya terbuai dengan irama musik. Ada yang bergerak dengan lemah gemulai, melangkah maju dan mundur, melenggang-lenggok, berputar-putar, bergeser ke kiri dan ke kanan. OKE……….Mari kita mainkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar