Perbedaan
untuk Kesehatian
AMSAL
16: 4a
“TUHAN
membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, ..”
Saudara yang terkasih,
Renungan pembukaan dalam kegiatan
Kesehatian Personalia Tim Pelayanan GKJ WU ini akan saya awali dengan sebuah
cerita tentang burung elang dan burung gagak.
Adalah seekor burung elang. Dengan kekuatan sayapnya, burung elang menyambar
seekor anak domba. Dengan kukunya yang
kuat ia membawanya anak domba itu pergi jauh ke angkasa.
Seekor
burung gagak ternyata menyaksikan kejadian itu. Terbayang di benaknya sebuah gagasan bahwa dia pun
mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan burung
elang tersebut. Dengan membuka sayapnya
lebar-lebar terbanglah gagak itu di udara dengan galaknya. Dia meluncur ke bawah dan dengan cepat mencengkeram
bagian punggung seekor domba. Ketika dia
mencoba untuk terbang kembali dia baru sadar kalau tidak bisa mengangkat domba
tersebut. Lebih celaka lagi, dia tidak dapat terbang karena kukunya terjerat
bulu domba.
Gagak itu mencoba dengan sekuat tenaga
untuk lepas dari jeratan bulu domba. Walaupun
dia meronta-ronta mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu
sulit untuk dilepaskan. Dia merasa putus
asa dan tetap tinggal di atas punggung domba tersebut.
Seorang gembala melihat burung gagak
itu mengibas-ngibaskan sayapnya berusaha melepaskan diri. Penggembala itu tahu apa yang telah terjadi.
Penggembala itu pun berlari dan segera
menangkap burung itu. Penggembala mengikat dan mengurung burung gagak itu.
Menjelang sore, penggembala itu
memberikan burung gagak kepada anak-anaknya di rumah untuk bermain.
“Betapa lucunya burung ini!” Kata anak-anak
sambil tertawa. “Ini burung apa, Ayah?”
“Itu burung gagak, Anakku. Tetapi jika
kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab dia adalah seekor burung elang.”
Saudara yang terkasih, Tuhan
mengaruniakan kepada setiap orang talenta yang khusus bahkan unik untuk tujuan
masing-masing. Tidak ada seorang pun yang sama. Ketidaksamaan sering memunculkan rasa iri hati terhadap orang lain.
Tidak bisa bernyanyi iri terhadap yang bisa. Tidak memiliki kemampuan bermusik iri terhadap yang
mempunyainya. Tidak dapat bicara panjang lebar iri terhadap yang memilikinya.
Dan perasaan-perasaan iri lainnya.
Sikap iri hanya sebagian sikap negatif
yang kadang muncul. Ada berbagai tindakan yang kadang berakibat lebih
destruktif. Tindakan yang dapat mengganggu komunikasi atau bahkan relasi di
sebuah komunitas.
Sebagai satu tim pelayanan di GKJ WU,
kita masing-masing memiliki kemampuan sekaligus ketidakmampuan. Kemampuan dan
ketidakmampaun dapat bersinergi untuk saling melengkapi. Yang mampu tidak boleh
merasa paling mampu. Yang tidak mampu tidak boleh iri atau bahkan minder.
Sebuah tim adalah kesatuan yang saling mengisi. Sebuah tim adalah bersatunya
berbagai kemampaun untuk mencapai tujuan bersama, GKJ WU yang hidup sekaligus
menghidupi. GKJ WU adalah komunitas kita. Tempat kita hidup, dan berolah
pelayanan. Menjadi tanggung jawab kita untuk menjaganya.
Tuhan mengingatkan agar kita bersyukur
dengan apa yang Tuhan berikan. Dua hari ini, kita mencoba mewujudkan ungkapan
syukur itu untuk membangun kesehatian dalam pelayanan. Hanya dengan kesehatian,
kita akan dipakai oleh Allah untuk
menggenapi tujuan yang mulia atas hidup kita. Amsal 16: 4a: “TUHAN membuat
segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, ..”. Amin.
Dimodifikasi
dari Burung Elang
dan Burung Gagak
,https://
dokterkrisna.wordpress.com/2013/05/06/burung-elang-dan-burung-gagak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar