Senin, 28 September 2015

Perbedaan untuk Kesehatian

Perbedaan untuk Kesehatian

AMSAL 16: 4a
“TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, ..”

Saudara yang terkasih,
Renungan pembukaan dalam kegiatan Kesehatian Personalia Tim Pelayanan GKJ WU ini akan saya awali dengan sebuah cerita tentang burung elang dan burung gagak. 
Adalah seekor burung elang. Dengan  kekuatan sayapnya, burung elang menyambar seekor anak domba. Dengan  kukunya yang kuat ia membawanya anak domba itu pergi jauh ke angkasa.
Seekor  burung gagak ternyata menyaksikan kejadian itu. Terbayang  di benaknya sebuah gagasan bahwa dia pun mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan burung elang tersebut. Dengan  membuka sayapnya lebar-lebar terbanglah gagak itu di udara dengan galaknya. Dia  meluncur ke bawah dan dengan cepat mencengkeram bagian punggung seekor domba. Ketika  dia mencoba untuk terbang kembali dia baru sadar kalau tidak bisa mengangkat domba tersebut. Lebih celaka lagi, dia tidak dapat terbang karena kukunya terjerat bulu domba.
Gagak itu mencoba dengan sekuat tenaga untuk lepas dari jeratan bulu domba. Walaupun  dia meronta-ronta mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu sulit untuk dilepaskan. Dia  merasa putus asa dan tetap tinggal di atas punggung domba tersebut.
Seorang gembala melihat burung gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya berusaha melepaskan diri. Penggembala  itu tahu apa yang telah terjadi. Penggembala  itu pun berlari dan segera menangkap burung itu. Penggembala mengikat dan mengurung burung gagak itu.
Menjelang  sore, penggembala itu memberikan burung gagak kepada anak-anaknya di rumah untuk bermain.
“Betapa lucunya burung ini!” Kata anak-anak sambil tertawa.  “Ini burung apa, Ayah?”
“Itu burung gagak, Anakku. Tetapi jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab dia adalah seekor burung elang.”

Saudara yang terkasih, Tuhan mengaruniakan kepada setiap orang talenta yang khusus bahkan unik untuk tujuan masing-masing. Tidak ada seorang pun yang sama. Ketidaksamaan sering  memunculkan rasa iri hati terhadap orang lain. Tidak bisa bernyanyi iri terhadap yang bisa. Tidak  memiliki kemampuan bermusik iri terhadap yang mempunyainya. Tidak dapat bicara panjang lebar iri terhadap yang memilikinya. Dan perasaan-perasaan iri lainnya.
Sikap iri hanya sebagian sikap negatif yang kadang muncul. Ada berbagai tindakan yang kadang berakibat lebih destruktif. Tindakan yang dapat mengganggu komunikasi atau bahkan relasi di sebuah komunitas.
Sebagai satu tim pelayanan di GKJ WU, kita masing-masing memiliki kemampuan sekaligus ketidakmampuan. Kemampuan dan ketidakmampaun dapat bersinergi untuk saling melengkapi. Yang mampu tidak boleh merasa paling mampu. Yang tidak mampu tidak boleh iri atau bahkan minder. Sebuah tim adalah kesatuan yang saling mengisi. Sebuah tim adalah bersatunya berbagai kemampaun untuk mencapai tujuan bersama, GKJ WU yang hidup sekaligus menghidupi. GKJ WU adalah komunitas kita. Tempat kita hidup, dan berolah pelayanan. Menjadi tanggung jawab kita untuk menjaganya.
Tuhan mengingatkan agar kita bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan. Dua hari ini, kita mencoba mewujudkan ungkapan syukur itu untuk membangun kesehatian dalam pelayanan. Hanya dengan kesehatian, kita akan  dipakai oleh Allah untuk menggenapi tujuan yang mulia atas hidup kita. Amsal 16: 4a: “TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, ..”. Amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar