"Tulisan-tulisan saya mungkin tidak mengubah apapun, tetapi tulisan-tulisan itu telah mengubah pemikiran saya ke hal yang lebih baik" (Kredo menulis Ely Prihmono S.P.)
Kamis, 31 Januari 2013
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
Selasa, 15 Januari 2013
analisis data kualitatif
ANALISIS DATA
DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian
kualitatif memungkinkan data diperoleh dari berbagai sumber. Berbagai teknik
pengumpulan data dipakai secara terus-menerus sehingga dimungkinkan ditemukan
data yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan penelitian kualitatif yang
mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang
dikaji secara empiris (Djojosuroto, 2004: 10).
Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan
menyeluruh (holistik). Peneliti juga menganalisis kata-kata dan melaporkan
pandangan atau opini para informan. Keseluruhan studi berlangsung dalam latar
situasi yang alamiah / wajar (natural
setting). Hal ini
dimungkinkan karen penelitian kualitatif adalah sebuah proses
inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi
metodologi yang berbeda (Creswell dalam Wiriaatmadja, 2008: 8).
Lebih jauh Creswell (1994: 146) menyatakan characteristics of a qualitative research
problem are: (a) the concept is immature due to a conspicuous lack of theory
and previous research; (b) a notion that the available theory may be
inaccurate, inappropriate, incorrect, or biased; (c) a need exists to explore
and describe the phenomena and to develop theory; or (d) the nature of phenomenon
may not be suited to quantitative measure.
Pernyataan tersebut menginformasikan empat karakteristik
masalah dalam penelitian kualitatif. (1) Konsep belum menunjukkan kemantapan
sehubungan dengan teori dan penelitian sebelumnya. (2) Patut diduga bahwa teori
yang dikemukakan mungkin tidak akurat, tidak sesuai, salah, atau mengalami bias.
(3) Adanya tuntutan untuk menyelidiki dan menguraikan gejala dalam rangka
mengembangkan teori yang sudah ada. (4) Sifat alami peristiwa tidak cocok jika
diukur secara kuantitatif.
Hal-hal
di atas menunjukkan betapa tidak sederhananya pola kerja penelitian kualitatif.
Kerumitan akan semakin dirasakan peneliti ketika sampai pada tahap menganalisis
data. Diperlukan pemahaman yang menyeluruh dan mendetil langkah-langkah penelitian.
Di samping itu, peneliti harus memiliki penguasaan prosedur, teknik, dan
langkah-langkah penelitian. Termasuk dalam hal ini adalah analisis data.
Tulisan
ini secara khusus akan membahas analisis data dalam penelitian kualitatif.
Penulis menyadari pembahasan tidak mendalam dan kurang menyeluruh karena
keterbatasan pengetahuan dan pemahaman. Namun demikian, pembahasan ini
diharapkan memberi manfaat bagi pembaca.
II.
Permasalahan
1. Apakah yang dimaksud dengan analisis
data dalam penelitian kualitatif?
2. Bagaimana proses analisis data dalam
penelitian kualitatif?
3. Bagaimana proses analisis data Model Miles and Huberman?
4. Bagaimana proses analisis data Model Spradley?
III.
Tujuan
Mengacu
permasalahan-permasalahan tersebut di atas, tujuan pembahasan makalah ini dapat
dicermati pada uraian di bawah ini.
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan
analisis data dalam penelitian kualitatif.
2. Menjelaskan proses analisis data
dalam penelitian kualitatif.
3. Menjelaskan proses analisis data Model Miles and Huberman.
4. Menjelaskan proses analisis data Model Spradley.
IV.
Pembahasan
1. Analisis Data dalam Penelitian
Kualitatif
Analisis
data juga disebut pengolahan data. Pekerjaan analisis data meliputi tiga
langkah, yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan
penelitian (Arikunto, 1998: 240).
Bogdan
dan Biklen dalam Moleong (2008: 248) menyatakan, analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Janice
McDrury (dalam Moleong 2008: 248) secara lebih teknis menyampaikan tahapan
dalam analisis data penelitian kualitatif. Tahapan-tahapan tersebut berupa
kegiatan berikut.
1) Membaca/mempelajari data, menandai
kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.
2) Mempelajari kata-kata kunci itu,
berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.
3) Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.
4) Koding yang telah dilakukan.
Spradley
dalam Sugiyono (2007: 89) menyatakan, analisis dalam penelitian jenis apapun
adalah merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antarbagian, dan
hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.
Sugiyono
(2007: 89) menyimpulkan, data analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperolehdari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Analisis
data kualitatif bersifat induktif. Artinya, analisis didasarkan pada data yang
diperoleh. Data tersebut selanjutnya
dikembangkan menjadi hipotesis. Hipotesis menjadi dasar untuk pencarian data
selanjutnya sehingga dihasilkan simpulan. Simpulan akhir ini berpedoman pada
diterima atau ditolaknya hipotesis yang dirumuskan. Hipotesis yang diterima
setelah melalui uji validasi dengan teknik triangulasi dapat diajukan sebagai
teori baru.
2. Proses Analisis Data
Proses
analisis data mengikuti langkah-langkah yang terstruktur. Seiddel (dalam
Moleong: 2008: 248) menyampaikan tiga langkah dalam proses analisis data. (1)
Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
(2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya. (3) Berpikir, dengan jalan membuat
agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Analisis
data telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis
data menjadi pegangan bagi penelitian sselanjutnya sampai jika mungkin, teori yang
grounded (Nasution dalam Sugiyono,
2007 : 89 – 90). Pada penelitian kualitatif,
analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan
pengumpulan data. Pada kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung
selama proses pengumpulan data, bukan setelah selesai pengumpulan data.
Tahapan-tahapan
proses analisis data penelitian kualitatif secara sistematis dapat dicermati
dalam uraian berikut ini. Proses analisis data diawali dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber informasi. Data ini dapat diperoleh melalui kegiatan wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya (Moleong 2008: 247). Keragaman
sumber data tersebut mengindikasikan begitu beragam dan bervariasinya data
penelitian yang harus ditelaah.
Data
yang telah dibaca, dipelajari, dan ditelaah selanjutnya direduksi dengan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada dalam lingkup pembicaraan.
Langkah
selanjutnya adalah menyusun data dalam satuan-satuan untuk menemukan
karakteristik. Penyusunan satuan-satuan
dilanjutkan ke langkah berikutnya. Langkah lanjutan ini disebut dengan tahap
pengategorian data. Data yang ada dikategorisasikan.
Kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding.
Tahap
akhir dari analisis data penelitian kualitatif adalah pemeriksaan keabsahan data. Keabsahan data sangat penting. Kadar
keilmiahan sebuah hasil penelitian salah satunya ditentukan oleh faktor
keabsahan data yang dipergunakan.
Hal-hal
di atas merupakan tahapan-tahapan proses analisis data penelitian kualitatif
secara umum. Secara khusus, ada dua proses analisis data yang dapat
dipergunakan. Dua proses analisis data tersebut (1) Model Miles and Huberman dan
(2) Model Spradley. Kedua model itu dapat dipahami dalam uraian
selanjutnya.
3. Analisis Data Model Miles and Huberman.
Uraian
analisis data Model Miles and Huberman
ini disarikan dari buku Sugiyono (2007: 91-99) Memahami Penelitian Kualitatif. Miles dan Huberman menyatakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
Aktivitas dalam analisis data meliputi data
reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
Data
collection
Data
display
Data
reduction
Conclusion:
drawing/verifying
1) Data Reduction
(Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Data perlu segera
dianalisis melelui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang jelas tentang sesuatu yang
diteliti. Data hasil reduksi mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mempermudah pencarian kembali jika diperlukan. Reduksi dta
dapat dibantu dengan peralatan elektronik (komputer) dengan memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu.
2) Data Display
(Penyajian Data)
Penyajian data dilakukan setelah tahap reduksi.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart,
dan sebagainya. Dalam hal ini Miles and Huberman mengemukakan bahwa yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
Display data
memudahkan peneliti memahami apa yang
terjadi. Penyajian ini juga memudahkan peneliti menyusun kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam menyajikan data disarankan selain
dengan teks naratif juga dapat berupa grafik, matrik, network, dan chart. Miles
and Huberman juga menyarankan seorang peneliti yang melakukan display data mampu menjawab pertanyaan ‘apakah Anda tahu apa yang didisplaykan?’.
3) Conclusion Drawing / Verification
Langkah ketiga analisis data kualitatif menurut
Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan. Simpulan awal masih bersifat
sementara. Simpulan ini akan berubah bila ditemukan bukti-bukti pendukug yang kuat
selama proses pengumpulan data berikutnya. Jika simpulan awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan maka
simpulan yang dikemukakan di awal merupakan simpulan yang kredibel.
Simpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang disusun sejak awal, mungkin juga tidak.
Simpulan penelitian kualitatif bisa menjadi temuan baru. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau
gelap. Hasil penelitian merupakan penjelas dari sesuatu yang remang-remang dan
gelap itu.
4. Analisis Data Model Spradley.
Uraian analisis data Model Spradley ini disarikan dari buku Sugiyono (2007: 99 - 116) Memahami Penelitian Kualitatif. Spradley
membagi analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan tahapan
penelitian. Dari seluruh tahapan penelitian (mulai memilih situasi sosial
sampai menullis laporan penelitian kualitatif) tersebut terdapat tahap analisis
data yang meliputi analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial,
dan analisis tema budaya.
1) Analisis Domain
Analisi domain merupakan langkah pertama dalam
penelitian kualitatif. Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh
gambaran umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek
penelitian. Data diperoleh dari grand
tour dan minitour question.
Hasilnya berupa gambaran umum tentang objek yang diteliti, yang sebelumnya
belum pernah diketahui. Dalam analisis ini, informasi yang diperoleh belum
mendalam, masih di permukaan. Namun demikian, analisis sudah menemukan
domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti.
Suatu domain merupakan kategori budaya yang
terdiri atas tiga elemen, cover term,
included terms, dan semantic
relationship. Cover term adalah
nama suatu domain budaya. Included terms adalah nama-nama yang lebih rinci yang ada
dalam suatu kategori. Semantic
relationship hubungan semantik antarkategori.
2) Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah analisis terhadap
keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan.
Domain yang telah ditetapka menjadi cover term oelh peneliti dapat diurai
secara lebih rinci dan mendalam melalui analisis taksonomi. Hasil analisis
taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak, diagram garis dan simpul,
dan diagram out line.
Sebagai contoh, jika domain yang menjadi fokus
penelitian adalah jenjang pendidikan formal maka analisis taksonomi akan
menemukan pendidikan dasar yang terdiri
atas Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Lanjuta Pertama (SMP/MTs). Untuk jenjang
sekolah menengah akan ditemukan SMA dan SMK. Jenjang pendidikan tinggi terdiri
atas akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.
3) Analisis Komponensial
Analisis komponensial mencari data yang
memiliki perbedaan atau yang kontras. Data dicari melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi yang terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat
triangulasi tersebut, sejumlah dimensi spesifik dan berbeda pada setiap elemen
akan ditemukan.
Jika dalam analisis taksonomi ditemukan
berbagai jenjang dan jenis pendidikan, analisis komponensial mencari elemen
yang lain. Berdasarkan jenjang dan jenis pendidikan tersebut, elemen spesifik
dan kontras dapat dilihat pada tujuan sekolah, visi, misi, strategi, kurikulum,
peserta didik, tenaga kependidikan, system manajemennya, dan lain-lain.
4) Analisis Tema Budaya
Analisis tema atau discovering cultural themes merupakan upaya mencari ‘benang merah’
yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. Dengan ditemukan benang merah
hasil analisis domain, taksonomi, dan komponensial tersebut, akan dapat
ditemukan ‘konstruksi bangunan’ situasi sosial/objek penelitian yang sebelumnya
masih gelap dan remang-remang. Penelitian diharapkan mampu menjelaskan dan
menerangkan sisi remang-remang dan gelap tentang objek penelitian itu.
Analisis
data kualitatif pada dasarnya ingin
memahami objek penelitian menjadi bagian-bagian, hubungan antarbagian, dan
hubungan bagian dengan keseluruhan. Dalam pelaksanaannya, terdapat berbagai
macam tahapan dan langkah yang dapat dikerjakan. Semua itu bertujuan agar hasil
penelitian dapat dipercaya kebenarannya secara ilmiah.
Ada
dua teknik analisis data yang dapat dipilih dalam analisis data kualitatif.
Teknik analisi data yang disampaikan oleh Miles and Huberman dan Spradley
saling melengkapi. Dalam setiap tahap penelitian, Miles and Huberman dan
Spradley menggunakan langkah-langkah reduksi data, display data, dan verification
data. Ketiga langkah tersebut dapat dilakukan pada semua tahap dalam proses
penelitian kualitatif.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi.
1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek (edisi revisi iv). Jakarta
: Penerbit Rineka Cipta.
Djojosuroto, Kinayati
dan M.L.A. Sumaryati. 2004.
Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra (cetakan kedua). Bandung : Penerbit Nuansa.
Moleong, Lexy J.
2008. Metodologi Penelitian Kualitatif
(edisi revisi, cetakan xxv). Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Penerbit PT Alfabeta.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2008. Metode Penelitian
Tindakan Kelas (cetakan kelima). Bandung :
PT Remaja Rosdakarya dan Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia .
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
Minggu, 13 Januari 2013
RSBI
Menghitung Ulang RSBI
“Harus segera dievaluasi menyeluruh. Penerimaan siswa baru saja sudah menunjukkan aksklusivitas. Dalam prosesnya juga tak transparan, termasuk dalam wawancara yang saling beradu besarnya sumbangan. Kami sering menerima keluhan masyarakat soal itu.” (Suara Merdeka, Kamis, 4 Februari 2010).
Pernyataan di atas disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Surakarta. Pernyataan menjadi desakan dilakukannya evaluasi menyangkut keberadaan RSBI. Dari pernyataan itu setidaknya ada tiga persoalan penting yang mendesak untuk dievaluasi. Tiga persoalan penting itu adalah perlunya penataan sistem seleksi murid baru, perlunya peraturan pembiayaan, dan perlunya penyiapan SDM yang kompeten.
Desakan evaluasi tidak perlu ditanggapi secara reaktif apalagi dijadikan polemik berkepanjangan. Evaluasi merupakan bagian dari proses yang sedang berjalan. Evaluasi hanyalah proses wajar yang diperlukan untuk mengetahui dan menemukan formulasi yang lebih tepat. Evaluasi jangan dimaknai mencari-cari kelemahan dan kesalahan tetapi sebuah kewajaran yang dikerjakan berdasar semangat refleksi. Refleksi akan menolong seluruh komponen yang sedang berproses mengidentifikasi hal-hal baik maupun yang belum. Dengan semangat refleksi itu, hal baik dikembangkan menuju kebakuan standar pengelolaan. Adapun hal yang masih kurang baik dikaji untuk menemukan format yang sesuai kebutuhan.
RSBI memang merupakan keputusan dan kewenangan pemerintah pusat. Seolah-olah daerah tinggal melaksanakannya. Namun perlu diingat, implementasi di lapangan memerlukan regulasi teknis untuk operasionalnya. Teknis implementasi bersentuhan langsung dengan realitas situasi dan kondisi nyata di lapangan. Sehingga regulasi bukan dalam rangka mengintervensi pelaksanaan manajemen berbasis sekolah melainkan untuk menjawab persoalan yang berkembang. Ketentuan-ketentuan dalam regulasi lebih dimaksudkan untuk memberi rambu-rambu pelaksanaan.
Dalam hal seleksi siswa baru misalnya. Masing-masing sekolah memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda-beda. Demikian pun dengan daya dukung dan potensi yang tersedia. Usulan seleksi dengan cara online tentu menarik untuk dipertimbangkan meski tidak serta-merta diterima.
PSB online dengan modifikasi sesuai kebutuhan sekolah layak ditempatkan dalam prioritas pilihan. Kesediaan Universitas Sebelas Maret untuk membantu dalam hal teknologi patut disambut baik. Sekolah bertaraf internasional mestinya akrab dengan nuansa teknologi. Kalau tawaran bantuan teknologi yang disampaikan ditolak, masyarakat bisa mempertanyakan keinternasionalan taraf sekolah tersebut.
Sistem seleksi berdasarkan penelusuran minat dan kemampuan juga layak dijadikan alternatif. Usulan ini tentu bukan sekadar ingin mengganti sistem yang berlaku. Sistem yang diterapkan sekarang ini sudah melalui pengkajian dan pertimbangan. Kalau dalam perkembangannya didapati ketidakrelevanan, itu hanyalah masalah tuntutan situasi yang berubah. Di sisi lain mungkin sudah saatnya melakukan penyempurnaan model seleksi itu.
Apakah serta-merta penelusuran minat dan kemampuan menjawab persoalan seleksi siswa baru? Tentu tidak. Kesiapan perangkat menjadi kendala tersendiri. Misalnya saja, proses penelusuran minat dan kemampuan siswa tingkat SD. Parameter baku yang dibutuhkan perlu dipikirkan sejak awal. SDM yang kompeten perlu disiapkan. Demikian juga, diperlukan penyusunan instrumen yang sahih untuk menjaga objektivitas hasil. Ini baru seleksi untuk tingkat SD. Bagaimana dengan SMP dan SMA yang lebih kompleks? Dalam konteks menggulirkan wacana, hal ini layak oleh dicatat para pemangku kepentingan.
Proses seleksi siswa melalui online, penelusuran minat dan kemampuan, atau sistem apapun yang nantinya dipilih sebaiknya dikaji secara komprehensif. Dengan melibatkan unsur perguruan tinggi, kajian terhadap persoalan seleksi semakin mendekati kebutuhan di samping menjawab rasa keadilan masyarakat untuk mendapatkan hak pendidikan. Proses penerimaan siswa tentu tidak sekadar menerima jumlah siswa tertentu dengan persyaratan tertentu pula. Proses ini mestinya juga telah memperhitungkan aspek pembiayaan yang harus ditanggung masyarakat. Tidak bisa dimungkiri bahwa pengelolaan RSBI membutuhkan biaya lebih dari sekolah-sekolah standar nasional. Persoalan yang harus dipikirkan adalah bagaimana besaran dana yang dihimpun satuan pendidikan tidak mengurangi hak pendidikan masyarakat kurang mampu.
Kesiapan sumber daya guru menjadi persoalan tersendiri dalam menyukseskan program RSBI. Perlu diingat bahwa sekolah dengan status RSBI bukan sekolah baru. Sekolah-sekolah ini sejak awal sudah lengkap perangkatnya termasuk guru-gurunya. Tidak adil jika dalam hitungan satu dua tahun menuntut guru-guru di RSBI juga berubah bertaraf internasional. Jadi tidak perlu kaget jika ternyata para siswa di RSBI kurang mendapatkan pelayanan bertaraf internasional dari guru-gurunya.
Ada banyak alternatif yang bisa ditempuh untuk mengatasi persoalan ini. Guru-guru muda potensial difasilitasi mengembangkan diri. Bukan sekadar mampu berbahasa Inggris sebagai ciri keinternasionalan tetapi kualifikasi pendidikan S2 mutlak disandang seperti ditargetkan oleh Dirjen PMPTK. Guru-guru yang pensiun, posisinya digantikan oleh guru potensial tingkat kota. Caranya dengan melakukan seleksi terhadap guru-guru yang tersebar di berbagai satuan pendidikan. Seleksi untuk mendapatkan pendidik berkualitas yang diharapkan menjawab persoalan guru di RSBI. Seleksi adalah bentuk teknis rolling guru sekaligus dipakai untuk mengurangi keluhan kualitas pelayanan. Ini ditempuh dengan pemahaman bahwa RSBI adalah lokomotif peningkatan kualitas pendidikan.
Kita semua berharap program yang baik akan membawa kebaikan bagi seluruh masyarakat. RSBI dimaksudkan untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dan di daerah pada khususnya. Era global yang terjadi saat ini memerlukan langkah antisipasi. Perburuan negara tetangga terhadap siswa-siswa berpotensi harus diantisipasi dengan wadah pendidikan dengan standar tertentu. Semoga RSBI menjadi salah satu jawabannya.
“Harus segera dievaluasi menyeluruh. Penerimaan siswa baru saja sudah menunjukkan aksklusivitas. Dalam prosesnya juga tak transparan, termasuk dalam wawancara yang saling beradu besarnya sumbangan. Kami sering menerima keluhan masyarakat soal itu.” (Suara Merdeka, Kamis, 4 Februari 2010).
Pernyataan di atas disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Surakarta. Pernyataan menjadi desakan dilakukannya evaluasi menyangkut keberadaan RSBI. Dari pernyataan itu setidaknya ada tiga persoalan penting yang mendesak untuk dievaluasi. Tiga persoalan penting itu adalah perlunya penataan sistem seleksi murid baru, perlunya peraturan pembiayaan, dan perlunya penyiapan SDM yang kompeten.
Desakan evaluasi tidak perlu ditanggapi secara reaktif apalagi dijadikan polemik berkepanjangan. Evaluasi merupakan bagian dari proses yang sedang berjalan. Evaluasi hanyalah proses wajar yang diperlukan untuk mengetahui dan menemukan formulasi yang lebih tepat. Evaluasi jangan dimaknai mencari-cari kelemahan dan kesalahan tetapi sebuah kewajaran yang dikerjakan berdasar semangat refleksi. Refleksi akan menolong seluruh komponen yang sedang berproses mengidentifikasi hal-hal baik maupun yang belum. Dengan semangat refleksi itu, hal baik dikembangkan menuju kebakuan standar pengelolaan. Adapun hal yang masih kurang baik dikaji untuk menemukan format yang sesuai kebutuhan.
RSBI memang merupakan keputusan dan kewenangan pemerintah pusat. Seolah-olah daerah tinggal melaksanakannya. Namun perlu diingat, implementasi di lapangan memerlukan regulasi teknis untuk operasionalnya. Teknis implementasi bersentuhan langsung dengan realitas situasi dan kondisi nyata di lapangan. Sehingga regulasi bukan dalam rangka mengintervensi pelaksanaan manajemen berbasis sekolah melainkan untuk menjawab persoalan yang berkembang. Ketentuan-ketentuan dalam regulasi lebih dimaksudkan untuk memberi rambu-rambu pelaksanaan.
Dalam hal seleksi siswa baru misalnya. Masing-masing sekolah memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda-beda. Demikian pun dengan daya dukung dan potensi yang tersedia. Usulan seleksi dengan cara online tentu menarik untuk dipertimbangkan meski tidak serta-merta diterima.
PSB online dengan modifikasi sesuai kebutuhan sekolah layak ditempatkan dalam prioritas pilihan. Kesediaan Universitas Sebelas Maret untuk membantu dalam hal teknologi patut disambut baik. Sekolah bertaraf internasional mestinya akrab dengan nuansa teknologi. Kalau tawaran bantuan teknologi yang disampaikan ditolak, masyarakat bisa mempertanyakan keinternasionalan taraf sekolah tersebut.
Sistem seleksi berdasarkan penelusuran minat dan kemampuan juga layak dijadikan alternatif. Usulan ini tentu bukan sekadar ingin mengganti sistem yang berlaku. Sistem yang diterapkan sekarang ini sudah melalui pengkajian dan pertimbangan. Kalau dalam perkembangannya didapati ketidakrelevanan, itu hanyalah masalah tuntutan situasi yang berubah. Di sisi lain mungkin sudah saatnya melakukan penyempurnaan model seleksi itu.
Apakah serta-merta penelusuran minat dan kemampuan menjawab persoalan seleksi siswa baru? Tentu tidak. Kesiapan perangkat menjadi kendala tersendiri. Misalnya saja, proses penelusuran minat dan kemampuan siswa tingkat SD. Parameter baku yang dibutuhkan perlu dipikirkan sejak awal. SDM yang kompeten perlu disiapkan. Demikian juga, diperlukan penyusunan instrumen yang sahih untuk menjaga objektivitas hasil. Ini baru seleksi untuk tingkat SD. Bagaimana dengan SMP dan SMA yang lebih kompleks? Dalam konteks menggulirkan wacana, hal ini layak oleh dicatat para pemangku kepentingan.
Proses seleksi siswa melalui online, penelusuran minat dan kemampuan, atau sistem apapun yang nantinya dipilih sebaiknya dikaji secara komprehensif. Dengan melibatkan unsur perguruan tinggi, kajian terhadap persoalan seleksi semakin mendekati kebutuhan di samping menjawab rasa keadilan masyarakat untuk mendapatkan hak pendidikan. Proses penerimaan siswa tentu tidak sekadar menerima jumlah siswa tertentu dengan persyaratan tertentu pula. Proses ini mestinya juga telah memperhitungkan aspek pembiayaan yang harus ditanggung masyarakat. Tidak bisa dimungkiri bahwa pengelolaan RSBI membutuhkan biaya lebih dari sekolah-sekolah standar nasional. Persoalan yang harus dipikirkan adalah bagaimana besaran dana yang dihimpun satuan pendidikan tidak mengurangi hak pendidikan masyarakat kurang mampu.
Kesiapan sumber daya guru menjadi persoalan tersendiri dalam menyukseskan program RSBI. Perlu diingat bahwa sekolah dengan status RSBI bukan sekolah baru. Sekolah-sekolah ini sejak awal sudah lengkap perangkatnya termasuk guru-gurunya. Tidak adil jika dalam hitungan satu dua tahun menuntut guru-guru di RSBI juga berubah bertaraf internasional. Jadi tidak perlu kaget jika ternyata para siswa di RSBI kurang mendapatkan pelayanan bertaraf internasional dari guru-gurunya.
Ada banyak alternatif yang bisa ditempuh untuk mengatasi persoalan ini. Guru-guru muda potensial difasilitasi mengembangkan diri. Bukan sekadar mampu berbahasa Inggris sebagai ciri keinternasionalan tetapi kualifikasi pendidikan S2 mutlak disandang seperti ditargetkan oleh Dirjen PMPTK. Guru-guru yang pensiun, posisinya digantikan oleh guru potensial tingkat kota. Caranya dengan melakukan seleksi terhadap guru-guru yang tersebar di berbagai satuan pendidikan. Seleksi untuk mendapatkan pendidik berkualitas yang diharapkan menjawab persoalan guru di RSBI. Seleksi adalah bentuk teknis rolling guru sekaligus dipakai untuk mengurangi keluhan kualitas pelayanan. Ini ditempuh dengan pemahaman bahwa RSBI adalah lokomotif peningkatan kualitas pendidikan.
Kita semua berharap program yang baik akan membawa kebaikan bagi seluruh masyarakat. RSBI dimaksudkan untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dan di daerah pada khususnya. Era global yang terjadi saat ini memerlukan langkah antisipasi. Perburuan negara tetangga terhadap siswa-siswa berpotensi harus diantisipasi dengan wadah pendidikan dengan standar tertentu. Semoga RSBI menjadi salah satu jawabannya.
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
belajar
belajar
aku mengejar sesuatu yang tak pernah berlari
dan sebatang pohon harapan lain berhasil kurengkuh
aku meraih sesuatu yang tak beringsut
dan seutas pengalaman lain berhasil kugapai
aku mengingat sesuatu yang tak terlupa
dan sederet imajinasi berhasil menenggelamkanku
aku mengejar sesuatu yang tak pernah berlari
dan sebatang pohon harapan lain berhasil kurengkuh
aku meraih sesuatu yang tak beringsut
dan seutas pengalaman lain berhasil kugapai
aku mengingat sesuatu yang tak terlupa
dan sederet imajinasi berhasil menenggelamkanku
Guru Bahasa Indonesia SMA Kristen 1 Surakarta, PNS Th 2005, Lahir di Wonogiri, 2 April 1967. Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNS Surakarta lulus 1991(terbaik Jurusan PBS Wisuda ke-40); S2 MPB UMS Wisuda Januari 2010 (cumlaude). Karya tulis: (1) Computeach: Pilihan Berkualitas Pengajar Cerdas (Model Pembelajaran Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia) (Finalis LKG Nasional 2006); (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta (Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, PBS FKIP UMS, Desember 2007); (3) Musikalisasi Puisi Doa Karya Chairil Anwar dalam Pembelajaran Membaca Puisi (Pengembangan KTSP di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2007); (4) Keluarga Sejahtera sebagai Miniatur Surga (Juara III Nasional lomba esai populer Depag RI –BKKBN-FAPSEDU-IPKB, tahun 2008); (5) Penerapan Metode PUBER dalam Pembelajaran Pementasan Drama di SMA (Model Pembelajaran Berbicara di SMA Kristen 1 Surakarta) (Naskah LKG Nasional 2008). (6) Finalis LKG Nasional 2011. (7) Finalis Best Practice Guru Tingkat Nasional 2013. Sejak 2014 mengajar di SMKN 8 Surakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)