Rabu, 27 Januari 2010

Pengakuan

Pengakuan
Agustus 2007 dengan bekal sisa hadiah Finalis LKG Nasional 2006 aku nekat mendaftar kuliah di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nekat karena modal hanya cukup untuk bayar uang kuliah satu semester. Keperluan lain-lain untuk operasional perkuliahan ngutang sana ngutang sini. Kebutuhan buku bagiku tidak masalah karena kampus menyediakan begitu banyak referensi yang dibutuhkan. Dari buku-buku, literatur, sampai jurnal internasional semua tersedia. Dahagaku baca buku terpuaskan. Secara rutin, hari Rabu dan Sabtu hari wajib perpustakaan. Hingga di setiap lembar daftar hadir hampir tercatat namaku.

Panas matahari tidak menyurutkan semangat belajarku. Berdesakan dengan anak-anak sekolah di atas bus kota menjadi seni hidup yang nikmat. Setiap kali pulang sekolah (mengajar) aku menunggu bus di depan sekolah yang akan mengantarkan ke kampus. Dari gerbang pascasarjana kulangkahi aspal hitam hingga ke tempat kuliah. Jalan kaki menjadi aktivitas yang menyenangkan di antara rimbunan pohon kepeng dan sosis.
Hujan sedikit pun tidak mengurangi motivasiku belajar. Banjir Solo memaksa semua kendaraan dari arah Sukoharjo ke Solo memutar lewat Bekonang. Banjir hanyalah jumlah air yang melebihi kuota seharusnya. Tidak. Itu tetap tidak akan memengaruhi geloraku belajar, meski aku akhirnya pulang mendahului karena kalau tidak tidak dapat angkutan untuk pulang.

Hujan banjir dan panas terik tidak pernah menggoyahkan keinginan studi. Tekadku satu: nyantri short time di UMS. Aku ingin belajar banyak hal dari ulama-ulama kampus yang ada di sana.

Bersyukur. Tahun 2008 dapat hadiah III Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional. Hadiahnya dapat dipakai untuk membayar uang semester terakhir. Tentu ini berkah Tuhan yang senantiasa melimpah.

Sabtu, 23 Januari 2010 berakhir sudah kerja keras untuk menyelesaikan S2. Dengan predikat cumlaude, usaha selama ini tentu tidak menjadi sia-sia. Tentu ini bukan akhir kisah perjalanan mencari ilmu dan pengetahuan. Predikat cumlaude hanyalah pengakuan secara akademis. Dan itu tentu awal untuk pengembaraan panjang. Nyantri pada kehidupan sebenarnya baru dimulai.